16 Januari 2024. Hari itu seharusnya menjadi hari biasa untuk berangkat bertugas. Tapi tidak ada yang terasa biasa sejak pagi. Udara terasa berat, kopi yang biasanya menenangkan pun seolah hambar. Aku tahu, perpisahan ini akan berbeda. Karena kali ini, aku meninggalkan seseorang yang membuat setiap langkah terasa berat.
Kau yang mengantarku ke bandara. Sepanjang perjalanan, mobil itu sunyi. Hanya suara napas, dan sesekali percakapan kecil yang kita paksakan agar suasana tak terlalu sesak. Tapi di balik diammu, aku tahu ada sesuatu yang sedang kau tahan---sesuatu yang tak bisa disembunyikan oleh senyum yang terus berusaha kau pertahankan.
Sesampainya di bandara, kita duduk di sudut kafe. Aku masih ingat aroma kopi pagi itu, samar tapi hangat. Kita berbicara banyak hal---tentang pekerjaanku di Bali, tentang rencana kita yang belum sempat terwujud, tentang hal-hal kecil yang terasa sepele tapi kini terasa begitu berharga.
Kau tertawa, tapi aku tahu matamu mulai berkaca-kaca.
Foto ini diambil di sana, di antara secangkir kopi dan detik-detik perpisahan yang tak terhindarkan. Kau bersandar di bahuku, sementara aku berusaha menyembunyikan gugup dan sedihku di balik senyum kecil.
Senyummu di foto itu... Tuhan, andai aku tahu itu akan jadi kenangan terakhir sebelum kita benar-benar berjauh, mungkin aku akan memelukmu lebih lama.
Waktu berjalan begitu cepat. Saat pengumuman boarding terdengar, dunia seakan berhenti sebentar. Aku menatap wajahmu untuk terakhir kalinya, mencoba mengingat setiap detail---matamu, senyummu, nada suaramu, bahkan caramu menatapku tanpa berkata apa-apa.
Kau mencoba kuat. Tapi aku tahu, hatimu sedang berteriak untuk menahanku agar tak pergi.
Ketika aku melangkah menuju ruang tunggu, aku tak menoleh. Aku tak sanggup. Aku tahu, jika aku menatapmu sekali lagi, aku akan kehilangan seluruh keberanian yang tersisa. Tapi di kaca refleksi bandara, aku sempat melihatmu berdiri di sana... menatap ke arahku, menahan air mata yang akhirnya jatuh juga.
Belakangan aku tahu, kau menangis di mobil sepanjang perjalanan pulang. Kau tidak ingin aku pergi. Dan sejujurnya, aku pun tidak.