Adapun persoalan yang menyelimuti filmhoror Indonesia yang kerap tidak mendapat jatah layar yang memadai, Pramu Risanto memberi solusi yang jika benar-benar dilaksanakan bisa mengatasi masalah tersebut.
''Jika kesulitan mendapat ruang untuk memutar film horor, maka perlu dicari jalan alternatif. Perlu adanya alternatif akses masyarakat untuk menonton film di semua daerah. Jadi mereka menonton tidak hanya di XXI. Bahkan bukan hanya film horor, film lain pun jadi punya alternatif untuk diputar,'' kata Pramu Risanto.
Karena diskusi ini sifatnya sama-sama mencari jawaban untuk memecahkan masalah, bukan perdebatan dan mencari salah benar. Sehingga malah lebih produktif. Muncul ide-ide baru. Tak ada yang takut menyampaikan pendapat. Itu juga yang disampaikan Pramu Risanto sebaiknya sineas itu tak perlu ragu -- ragu dan merasa dibatasi dalam berkarya. Bebas saja. Jangan berangkat dari ketakutan. Tapi dimulai dari kreatifitas.Â
Diskusi makin mantap dan makin lengkap manakala Muhammad Bagiono yang mewakili PAFINDO memaparkan pandangannya bahwa rasa takut itu adalah hasrat. Bagiono membuka dengan teori Sigmund Freud bahwa segala tindakan manusia didasari atas hasrat.  Lebih jauh Bagiono  memaparkan, film Indonesia sudah ada sejak tahun 1930-an dan eksis hingga sekarang.
'' Film horor sekarang masih berkutat pada hantu yang itu -- itu saja. Dalam pencarian saya sedikitnya ada 26 jenis hantu dan umumnya belum banyak diketahui,'' tutur Bagiono.
Upaya Bagino untuk menginvestigasi bentuk -- bentuk hantu, Â agar film horor bukan hanya khayalan atau ilusi semata. Tapi ada bukti otentik yang bisa dipertangungjawabkan secara akademis. Sebab bisa terekam dengan kamera dan bisa disaksikan banyak orang. Bahwa jenis hantu yang berhasil ditangkap adalah seperti itu. Usaha yang dilakukan Bagiono adalah untuk menjawab tantangan bahwa ternyata banyak jenis hantu yang hidup di sekitar kita. Bhakan jenis hantu pocong saja ada tiga jenis, pocong yang warna kuning, merah dan emas. Â Dan menurutnya, Â bentuknya agak sedikit berbeda dari yang dikenal selama ini. Dan film horor sempat dipandang miring masyarakat karena kerap dibumbui esek-esek.
''Terlepas dari pandangan miring, masyarakat maupun pemerintah, Â film horor masih eksis hingga sekarang. Dan ekssitensi itu harus diapresiasi sampai sekarang,'' tandas Bagiono.
Menurt Ody Mulya Hidayat, produksi film horor Indonesia setiap tahun bisa mencapai 450 judul film. Hanya saja tidak semua bisa mendapat kesempatan untuk diputar. Kalaupun bisa diputar pada jadwal tahun depan. Padahal kalau mau bicara untung, film horor Indonesia lebih sering  mendatangkan untung. Sudah berkali-kali film horor masuk deretan box office film Indonesia.