Mohon tunggu...
Catatan Lepas
Catatan Lepas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis buku "Lara Jasad" (2023) & "Melayat Mimpi" (2023)

Hanya ingin mengabadikan kisah lewat aksara

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Badarawuhi: Ekspektasi Penonton dan Mitos Film Horor Berpart Indonesia

13 April 2024   16:15 Diperbarui: 13 April 2024   16:19 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Instagram MD Pictures official

Setelah sukses dengan film yang pertama (KKN di Desa Penari), MD Pictures akhirnya menayangkan film kedua dengan judul Badarawuhi di Desa Penari. Film ini secara khusus mengambil salah satu tokoh penting dalam film pertama, yakni Badarawuhi, seorang perempuan penari. Kesuksesan dalam film pertama memberikan tantangan baru bagi para pemeran dan produksi film. Tantangannya adalah melewati rekor penonton terbanyak di bioskop yang saat ini masih ditempati oleh KKN di Desa Penari dengan jumlah 10 juta penonton. Selain dalam jumlah penonton, tantangan lainnya adalah membangkitkan feeling dan jump scare layaknya film horor Indonesia umumna. Ada sebuah ketakutan jika film ini akan mengikuti jejak beberapa film Indonesia lainnya yang jumlah penontonnya memilih selisih yang cukup banyak dengan film pertama. Apakah ketakutan ini akan terjadi pada film Badarawuhi?

Sekilas tentang KKN di Desa Penari

KKN di Desa Penari adalah kisah nyata enam mahasiswa yang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa (sampai sekarang nama desa itu masih dirahasiakan). Keenam mahasiswa tersebut adalah Nur (Tisa Biani), Ayu (Aghniny Haque), Widya (Adinda Thomas), Bima (Achmad Megantara), Wahyu (Fajar Nugraha), dan Anton (Calvin Jeremy). Desa tersebut manjadi satu-satunya desa di tengah hutan. Sejak awal kedatangan, mereka sudah disambut dengan kejadian yang tidak biasa. 

Keanehan tersebut terus menemani mereka selama menjani KKN, mulai dari bunyi gamelan di tengah hutan, kuburan yang ditutupi kain hitam, tidak adanya anak perempuan dan laki-laki yang seumuran dengan para mahasiswa, ada sesajen dan dupa di beberapa tempat, dan tempat yang dilarang untuk dilewati. Kejadian yang tidak biasa ini rupanya ada alasan yakni Badarawuhi (Aulia Sarah) rupanya tertarik kepada sosok Widya.

Secara umum film ini bergenre horor yang dibalut dengan kisah asrama. Perjuangan Bima kepada Widya dan keinginan Ayu untuk mendapatkan cinta Bima menjadi alasan kuat Badarawuhi terus menghantui mereka. Hingga akhirnya Bima dan Ayu harus tertinggal (arwahnya) di desa tersebut. 

Ayu menjadi dawu yang baru dan Bima akan menjadi ayah dari anak-anak ular yang ada di desa tersebut. Hal ini dapat diketahui dari Mbah Buyut (Diding Boneng). Mbah Buyut menjadi tetua di kampung tersebut dan menjadi 'pintu' antara dimensi manusia dan jin. Dapat dikatakan jika Badarawuhi menjadi sosok penting dalam keseluruhan film. Tidak heran jika perlu dibuatkan khusus cerita untuk menggali lebih jauh tentang sosok ini.

Badarawuhi di Desa Penari: Ekspektasi Penonton dan Mitos Film Horor Ber-part di Indonesia

Kisah Badarawuhi di Desa Penari diawali dengan empat pemuda yakni Yuda (Jourdy Pranata), Jito (M. Iqbal Sulaiman), Mila (Maudy Effrosina), dan Roy (Ardit Erwandha) yang berkunjung ke sebuah desa yang merupakan lanjutan dari kisah KKN di Desa Penari. Mereka akan berhadapan dengan Badarawuhi sosok siluman ular di desa tersebut. Secara umum, kisah ini memberikan porsi besar bagi sosok Badarawuhi. Itulah alasan sosok Badarawuhi (Aulia Sarah) tidak digantikan agar tetap menjaga kisah tersebut. Selain itu, penonton juga bisa merasa akan kesinambungan dari kisah sebelumnya.

Kesuksesan film KKN di Desa Penari memberi beban cukup berat bagi para rumah produksi jika ingin melanjutkan ceritanya. Tantangan ini tentu berikatan dengan kepuasan penonton. Apalagi film KKN di Desa Penari sejauh ini masih menjadi film bioskop ter-favorite hingga tahun 2024. Salah satu tujuan terbesar dari pembuatan film selain memberikan makna adalah memikat banyak penonton. 

Sangatlah mustahil bagi rumah produksi untuk membuat film dengan biaya yang besar dan tidak memperhatikan hal ini. Maka, perlu untuk melihat peluang dan tantangan. Adapun tantangan akan dihadapi dalam pembuatan film ini dan kemampuan memikat penonton, yakni adanya pergantian sutradara, para pemeran, dan pengaruh media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun