Mohon tunggu...
teguh
teguh Mohon Tunggu... Mahasiswa

Halo Everyone, Perkenalkan nama saya Teguh Raharjo Sutomo dan saya adalah mahasiswa dari teknik Geologi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kisah Moluska: Makhluk Lunak dengan Peran Besar dalam Evolusi Laut

28 April 2025   23:37 Diperbarui: 28 April 2025   22:37 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filum Moluska. Sumber : Wikipedia.com

Dalam ilmu biologi, filum adalah salah satu cara untuk mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan kesamaan bentuk tubuh mereka. Pengelompokan ini sangat penting dalam ilmu paleontologi, yang mempelajari fosil-fosil kehidupan masa lalu, karena memungkinkan ilmuwan untuk memahami berbagai jenis makhluk hidup yang pernah ada di Bumi. Salah satu filum yang memiliki peran besar dalam mengungkap sejarah kehidupan di lautan adalah Moluska. Moluska sudah menghuni lautan selama ratusan juta tahun, bahkan sejak zaman dinosaurus, dan mereka meninggalkan banyak jejak fosil yang penting untuk mengungkap perubahan besar yang terjadi pada bumi

Moluska adalah hewan bertubuh lunak yang umumnya memiliki cangkang keras sebagai pelindung. Beberapa contoh makhluk hidup dalam filum ini yang familiar bagi kita termasuk kerang, siput, cumi-cumi, dan gurita. Kerang dan siput, misalnya, memiliki cangkang keras yang digunakan untuk melindungi tubuh mereka dari ancaman predator. Di sisi lain, gurita, meskipun merupakan bagian dari filum ini, tidak memiliki cangkang keras sama sekali. Gurita menggunakan sistem saraf yang canggih dan kemampuan untuk berkamuflase dengan lingkungan sekitarnya sebagai bentuk pertahanan diri. Kemampuan cerdas gurita ini merupakan contoh unik dari perilaku yang berkembang di antara moluska.

Berbeda dengan serangga dalam filum Arthropoda, yang memiliki rangka luar bersegmen (eksoskeleton), moluska memiliki tubuh lunak yang fleksibel. Keberagaman struktur tubuh ini memberikan mereka kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai habitat yang berbeda, dari dasar laut yang dalam hingga perairan dangkal yang lebih beragam. Beberapa moluska juga menunjukkan kemampuan adaptasi yang luar biasa terhadap tekanan lingkungan, seperti pada cangkang kerang yang menjadi lebih tebal di daerah dengan pemangsa lebih banyak.

Dalam paleontologi, fosil moluska memainkan peran penting dalam penelitian geologi. Fosil ammonit, misalnya, adalah sejenis cumi-cumi purba yang bercangkang spiral dan banyak ditemukan dalam batuan sedimen. Ammonit memiliki distribusi yang luas dan berkembang sangat cepat, sehingga fosil-fosil mereka sangat berguna untuk menentukan umur relatif lapisan batuan. Fosil kerang dan siput juga memberikan informasi tentang kondisi lingkungan pada masa lalu, seperti apakah wilayah tersebut pernah terendam air laut atau apakah terdapat perubahan besar dalam ekosistem yang terjadi selama kurun waktu yang lama.

Moluska juga membantu kita memahami bagaimana kehidupan beradaptasi terhadap perubahan. Sebagai contoh, siput laut menunjukkan bagaimana perubahan bentuk cangkang mereka bisa mencerminkan perubahan dalam lingkungan tempat mereka hidup, misalnya perubahan arus laut atau kondisi pemangsa. Kerang-kerang dengan cangkang lebih tebal, atau siput dengan cangkang yang lebih kuat, mungkin telah berevolusi karena banyaknya predator yang ada di sekitar mereka. Ini adalah contoh adaptasi yang menunjukkan bagaimana spesies berusaha bertahan hidup dalam menghadapi perubahan iklim dan ekosistem yang selalu berubah.

Keberadaan moluska dalam catatan fosil juga sangat penting dalam mempelajari peristiwa besar dalam sejarah bumi. Jika ada penurunan mendalam dalam jumlah spesies moluska pada suatu periode tertentu, itu bisa menunjukkan adanya peristiwa kepunahan massal, seperti akibat tumbukan asteroid atau perubahan iklim yang drastis. Fosil-fosil ini menjadi saksi bisu dari peristiwa-peristiwa besar yang telah membentuk dunia seperti yang kita kenal sekarang.

Mempelajari filum seperti moluska dalam paleontologi memberi kita pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana kehidupan di Bumi telah berubah selama jutaan tahun. Taksonomi, yaitu sistem pengelompokan makhluk hidup, sangat penting karena tidak hanya memberi kita nama-nama ilmiah, tetapi juga membuka wawasan tentang hubungan evolusi antar spesies. Pengetahuan ini sangat penting untuk tidak hanya dunia akademik, tetapi juga dalam konservasi spesies dan pelestarian ekosistem, terutama dalam memahami cara-cara spesies beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

Sebagai mahasiswa, saya percaya bahwa memahami konsep filum dan taksonomi dapat memperkuat kemampuan kita dalam mengkaji bukti-bukti fosil secara kritis. Dengan menggunakan pendekatan ilmiah yang tepat, kita dapat memperkaya pemahaman tentang sejarah kehidupan di Bumi dan berkontribusi dalam pelestarian warisan biologi yang sangat penting bagi generasi mendatang. Ilmu ini juga dapat memberikan dasar yang kuat untuk membantu kita menjaga keseimbangan ekosistem dan merawat lingkungan yang semakin terancam oleh perubahan global

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun