Mohon tunggu...
Sandy Sitorus
Sandy Sitorus Mohon Tunggu... PNS -

Senang untuk berbagi dan membantu

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tantangan pada Saat Pesan GO-FOOD

8 Mei 2018   11:01 Diperbarui: 8 Mei 2018   11:32 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : infoperbankan.com

Mungkin inilah yang menjadi alasanku mengapa harus berpikir beberapa kali untuk memesan GO-FOOD yang ditujukan ke daerah tempat tinggalku. Alasannya bukan karena aku tak berminat, tapi pengalaman yang membuat ku berpikir seperti itu. Yang kasihan di sini adalah driver nya. Begini ceritanya.

Sabtu siang, hawa terasa panas sekali. Kami sekeluarga berencana untuk mengunjungi salah satu saudara yang baru melahirkan minggu lalu. Kami tiba di sana bertepatan dengan jam makan siang. Harapan kami, sang tuan rumah bisa menyediakan makan siang, tapi mungkin karena kerepotannya dengan sang buah hati mereka yang pertama, membuat mereka tidak siap untuk menjamu kami. Alhasil, hanya gorengan saja yang disediakan. 

Di saat yang bersamaan, siang itu kami sekeluarga ingin menyantap mie pangsit yang sudah lama tidak kami cicipi. Jikalau pulang dari berkunjung baru ke lokasi mie tersebut, akan memakan waktu lama, keburu kelaparan, belum lagi macetnya kota Bandung di hari Sabtu serta panasnya udara yang membuat rasa malas itu muncul.

Tak habis akal, aku langsung teringat dengan GO-FOOD. Selama ini, GO-FOOD hanya dipakai untuk pemesanan makan siang ku dan teman kantor yang ada di daerah Dago. 

Hal ini sering dilakukan oleh teman-teman kantor, karena kemudahannya untuk memesan dan banyak menu pilihan di aplikasi. Pembayaran pun bisa dilakukan secara tunai pada saat makanan tiba di kantor. Mengingat hal itu, aku langsung memesan 4 porsi pangsit di aplikasi GO-FOOD. 

Waktu menunjukkan pukul 2 siang, perkiraan antaran tiba adalah 50 menit. Jadi diperkirakan 10 menit sebelum driver tiba, kami sudah kembali ke rumah. Hal ini dapat diprediksi karena pergerakaan sang driver bisa dipantau lewat aplikasi dan kebetulan juga lokasi kunjungan pada saat itu hanya 2 km dari rumah, cukup dekat sehingga kami tidak perlu terburu-buru. 

Awalnya cukup kesal pada saat melakukan pemesanan, 2 driver yang menerima pesanan melakukan pembatalan dikarenakan uang mereka tidak cukup. Rasa aneh, kenapa mereka menekan tombol terima order tanpa mengecek kondisi keuangan mereka? Akhirnya driver ketigapun menerima order kami. Setengah jam setelah order dilakukan, kamipun meminta izin ke tuan rumah untuk melanjutkan perjalanan kami. 

Tak berapa lama, kami tiba di rumah. Akupun terus menunggu di teras. Seketika itu, aku baru menyadari bahwa lokasi rumahku yang di daerah Sindanglaya, Ujung Berung, merupakan zona merah bagi para ojek online. Spanduk larangan masuk bagi ojek online terpampang lebar di ujung jalan, tempat mangkalnya para ojek konvensional.

Sedikit khawatir dengan hal ini, aku langsung memberi pesan ke driver GO-FOOD, bahwa untuk masuk ke jalan menuju rumah saya, dia harus melepas atribut GO-JEK nya dikarenakan situasi larangan ojek online, responnya sedikit mengkhawatirkan. Mungkin jika tahu dari awal, dia tidak akan menerima order saya. Tapi karena dia sudah membeli pesanan saya, mau ga mau dia harus mengantar makanan tersebut. 

Setelah 20 menit menunggu, akhirnya sang driver pun tiba membawa pesanan saya. Saya langsung bertanya, "Bapak tidak tersesat kan?". Dia malah menjawab, "Tersesat sih kaga, bu, hanya agak was-was berperjalanan ke arah rumah ibu." 

Aku pun tersenyum dan sambil memperhatikan penampilannya, yang ternyata dia tidak memakai jaket GO-JEK. "Jaketnya mana, pak?" langsung aku bertanya, "Saya titip di mini market bawah, bu, karena tadi ibu sudah memperingati saya." Saya mengucapkan terima kasih seraya menyerahkan sejumlah uang serta tips untuk sang driver. Wah, kalau seperti ini, gimana selanjutnya memesan GO-FOOD ya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun