Jogja ada aja gebrakannyaaaa!
       Lebaran tahun ini menjadi momen yang sangat spesial bagi saya. Setelah beberapa kali merantau, ini baru pertama kali merantau ke Jogja, saya akhirnya merasakan bagaimana suasana takbiran yang begitu meriah dan penuh makna. Tidak hanya sekadar gema takbir yang menggema di masjid-masjid, tetapi juga festival takbir keliling yang luar biasa diadakan di Trimulyo.
       Semua berawal dari ajakan teman saya yang menjadi peserta dalam festival takbir keliling di Trimulyo. Ia meminta saya untuk menjadi support system yang tentunya akan menyuguhkan saya untuk ikut merasakan euforia malam takbiran yang berbeda dari biasanya. Saya pun sangat antusias, karena selama 19 tahun hidup, baru kali ini saya menyaksikan secara langsung festival takbir keliling yang begitu besar dan meriah. Malam itu, saya benar-benar menikmati setiap momen dan kemeriahan yang tersaji di depan mata.
       Melihat semangat dan usaha para peserta dalam menampilkan yang terbaik, saya benar-benar kagum dan merasa bangga bisa menyaksikan tradisi yang begitu hidup di tengah masyarakat Jogja. Saya duduk di antara kerumunan penonton lainnya, menyaksikan iring-iringan kendaraan hias, mendengarkan lantunan takbir, serta menikmati momen istimewa ini.
       Salah satu hal yang paling mengesankan dari festival ini adalah betapa seriusnya peserta dalam mempersiapkan segala sesuatunya.  Setiap kelompok memiliki tema masing-masing, mulai dari sejarah seperti Konstantinopel, isu kemanusiaan seperti Palestina, hingga tema-tema lokal yang mengangkat budaya dan tradisi Jogja. Dekorasi kendaraan hias dibuat sedemikian rupa, lengkap dengan  lampu warna-warni, miniatur bangunan, hingga atribut khas sesuai tema yang diusung.
       Saya bercerita dengan teman saya sendiri, bahwa persiapan untuk festival ini sudah dilakukan jauh-jauh hari oleh para peserta. Koordinasi antar anggota, pembagian tugas, hingga latihan bersama dilakukan secara rutin. Semua dilakukan dengan maksimal demi memberikan yang terbaik untuk kelompoknya.
       Malam puncak pun tiba. Suasana Trimulyo berubah menjadi lautan manusia. Jalan-jalan dipenuhi peserta dan penonton yang antusias. Setiap kelompok tampil dengan ciri khas masing-masing, membawa kendaraan hias dan alat musik yang dimainkan dengan penuh semangat. Takbir berkumandang, menciptakan atmosfer religius sekaligus meriah.
       Saya sangat excited karena baru kali ini menyaksikan fetsival takbir keliling yang begitu besar dan terorganisir. Yang membuat saya kagum, ada kelompok yang pesertanya mencapai 170 orang. Mereka berjalan beriringan, membawa alat musik, spanduk, dan dekorasi yang sangat megah. Koordinasi sangat rapi, sehingga penampilan benar-benar mencuri perhatian penonton.
       Sebagai perantau yang baru pertama kali merasakan lebaran di Jogja, festival ini menjadi pengalaman yang sangat berkesan. Meskipun jauh dari keluarga, suasana kebersamaan yang tercipta membuat saya tidak merasa kesepian. Justru, saya mendapatkan keluarga baru disini, yaitu teman-teman asli Jogja yang begitu ramah dan terbuka.
       Festival takbir keliling juga mengajarkan saya tentang pentingnya kolaborasi dan gotong royong. Semua peserta, tanpa memandang latar belakang, bekerja sama untuk menyukseskan acara ini. Mereka saling membantu, berbagi tugas, dan mendukung satu sama lain. Inilai nilai-nilai yang menurut saya penting untuk terus dijaga, terutama di tengah masyarakat yang semakin individualis.
       Selain itu, festival ini juga menjadi media untuk mempererat hubungan antarwarga. Interaksi yang terjadi selama persiapan hingga pelaksanaan festival menciptakan ikatan sosial yang kuat. Komunikasi yang terjalin tidak hanya bersifat verbal, tetapi juga nonverbal melalui simbol, dekorasi, dan ekspresi seni.
       Pengalaman menyaksikan festival tabir keliling di Trimulyo semakin menegaskan bahwa Jogja adalah kota yang penuh kejutan. Setiap sudutnya menyimpan cerita dan tradisi yang unik. Masyarakatnya sangat kreatif dan terbuka terhadap hal-hal baru. Saya merasa beruntung bisa merantau dan belajar banyak hal di kota ini, tidak hanya di bangku kuliah, tetapi juga dari pengalaman langsung di tengah masyarakat.
       Pengalaman ini tidak hanya memperkaya wawasan saya, tetapi juga mempererat rasa kebersamaan dan kekaguman saya terhadap kekayaan budaya serta tradisi masyarakat Jogja. Semoga tradisi ini bisa terus terjaga, meskipun saya bukan asli Jogja, tetapi kedepannya semakin banyak generasi muda yang harusnya terlibat aktif dalam melestarikan tradisi seperti ini, sehingga warisan budaya dan semangat kebersamaan tetap hidup dan menjadi inspirasi bagi masyarakat luas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI