Apa tantangan utama dalam implementasinya?
Kurikulum sekolah umum biasanya berbasis standar nasional (misalnya, Kurikulum Merdeka di Indonesia) yang lebih sekuler dan berfokus pada ilmu pengetahuan, matematika, bahasa, dan keterampilan. Namun, pendidikan Islam menuntut integrasi nilai-nilai seperti tauhid, akhlak mulia, dan pemahamann ilmu agama+ilmu umum.
Contoh tantangannya utamanya:
1. Mata pelajaran PAI sering kali terbatas pada hafalan Al-Qur'an atau fiqih dasar, bukan integrasi dengan sains (misalnya, mengajarkan evolusi sambil menekankan ciptaan Allah). Hal ini menyebabkan pendidikan terasa "terpisah" daripada mencerminkan Islam secara menyeluruh. Dampaknya siswa tidak merasakan pendidikan yang "Islamisasi".
2. Di daerah pedesaan atau sekolah negeri, waktu pembelajaran  Pendidikan Agama Islam hanya 2-3 jam per minggu bahkan bisa kurang waktu pembelajarannya. Sementara fasilitas seperti perpustakaan Islam minim, sehingga Pendidikan Islam terasa seperti formalitas saja.
3. pemerintah mendukung sekolah umum untuk kesetaraan akses, tapi anggaran untuk pendidikan Islam terbatas. Di Indonesia, misalnya, sekolah negeri harus mengikuti aturan nasional, sementara sekolah Islam terintegrasi (seperti MAN) lebih fleksibel tapi tidak mencakup semua siswa. Jadi sekolah kesulitan menyediakan program ekstrakurikuler Islam (seperti tahfidz atau kajian akhlak).
Solusi tantangan utamanya yaitu:
1. Ubah penilaian dari hafalan ke esai atau presentasi yang menunjukkan pemahaman integratif, seperti "Bagaimana teori relativitas Einstein mirip dengan konsep waktu dalam Islam?" dan Ubah kurikulum PAI agar tidak berdiri sendiri, tapi terintegrasi dengan mata pelajaran lain.buat modul PAI yang mencakup "Islam dan Sains Modern" sebagai bagian wajib.
2. Bangun "perpustakaan mini" dari donasi, minta bantuan orang tua atau alumni untuk sumbang buku PAI sederhana. Mulai dengan 10-20 buku di rak kelas dan guru harus belajar bagaimana mengajar PAI dengan storytelling atau game sederhana (misalnya, kuis ayat menggunakan kartu buatan tangan) agar mudah di mengerti materi pembelajarannya dengan waktu yang minim.
3. Mengatasi faktor eksternal seperti anggaran terbatas dengan alokasi dana khusus untuk program Islamisasi, atau regulasi yang mewajibkan sekolah umum memiliki kegiatan diluar kelas seperti tahfidz, hadroh, Â dan Setiap semester, sekolah evaluasi program (misalnya, berapa siswa ikut dan dampaknya pada pemahaman Islamisasi). Laporkan ke dinas untuk bukti sukses, agar dapat dukungan lebih lanjut.
Kesimpulan dan Saran: