Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Puisi sebagai Pandangan Hidup

27 Juni 2022   03:17 Diperbarui: 27 Juni 2022   05:43 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Pandangan hidup penyair sebagai energi kreatif dan reflektif yang berdampak pada kemaslahatan, bukan kesenangan yang kosong" catatan penting. Nn. 

====

Puisi tidak lahir dan hadir begitu saja. Walau ada puisi yang ditulis bebas-cepat dan spontan bahkan ringkas. Namun tetap ianya muncul dari komparasi mental dan pertautan antar-peristiwa yang dialami penyair. 

Dalam Catatan Herman J. W. Yang sering penulis kutip, ia sebutkan bahwa latar belakang penyair sangat memengaruhi karya puisi yang dihasilkan. 

Artinya puisi merefleksikan pandangan hidup penyair,  baik sebagai pesan langsung atau tamsilan. 

Itu tampak dalam karya Fansuri dan Rendra misalnya,  atau Chairil dan Tardji dengan sifat mereka yang mendobrak namun harus luruh pada prinsip semesta (ilahiyah),  mesti semakin khusuk dan pasrah. Atau tetap memelihara nilai perjuangan hidup, semangat, kebenaran dan keberanian. 

Dikatakan pandangan hidup,  idealnya ia sejalan dengan fitrah/kodrat kemanusiaan yang cenderung pada kebenaran, kebaikan dan keindahan.

Jadi ada pertaliam antara estetika dan etika serta ideologi. 

Sehingga nilai kodrati itu, karya yang lahir dari kembara pikir dan imaji penyair tidak liar dan bebas menembus apa saja.Sebab,  sudah tentu, ada batasan batasan yang disepakati secara komunal-universal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun