Keriuhan kapitalisme merasuk kota kota. Mencerabut semua. Mengendapkannya pada sepi yang lain. Dalam balutan gedung dan menara menara, warna warna perak dan emas, mencibir langit dan sekelilingnya.Â
Ooh, kota atiq, kota tua pemunca rindu. Mata mata akan selalu basah di dadamu. Di sana aku mengenang kemuliaan. Seluruh kemuliaan dari Bapak para Nabi.Â
Dan kota kota yang meradang dengan gagah, seakan membicarakan kesepianmu, ekosistem ritual yang dijajal para kapital besar.Â
Walau dunia seperti menyempit, tapi tidak hati kami untukmu.Â