puisi ini tak kuberi judul
1//
diksi diksi telah jadi sayap
sayap putih dan senyap
waktu telah melahapnya
sejak matahari mulai membakar
dan lembaran lembaran terbuka lebar
2//
ruang yang paling jauh dan keruh
telah ditempuh,
musafir menjulur penat
ia menyeka peluh.
keringatnya jadi hujan
percikan hujan itu memantul
ke ruang ruang baru
di hamparan pikirannnya.
3//
aku melihat kaki kaki bukit yang curam
aku menuruninya, beberapa orang lain juga demikian, kami menuju kolam, tepatnya danau dari tumpahan mata air gunung, anak bukit barisan. kini, kolam atau danau itu sudah lama kering.
4//
kapal dan perahu perahu yang berlayar
selalu jadi hal yang kusuka.
ya, ayahku seorang pelaut,
ia bisa membawa kapal besar
dan menembus celah selat "muka masam" pada sekali waktu:
kapal dan perahu perahu itu
mungkin bisa autopilot, tapi kearifan seorang nakhoda tak bisa digantikan.
5//
diksi diksi bermunculan dari gelombang sinapsis otak, ia dari pikiran, dari kesadaran dan pilihan pilihan yang imajinatif, mungkin diksi diksi ini bukan dari seorang pemikir dan ilmuwan.