Mohon tunggu...
Taufiq Agung Nugroho
Taufiq Agung Nugroho Mohon Tunggu... Asisten Peneliti

Seorang bapak-bapak berkumis pada umumnya yang kebetulan berprofesi sebagai Asisten Peneliti lepas di beberapa lembaga penelitian. Selain itu saya juga mengelola dan aktif menulis di blog mbahcarik.id

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Setahun Rezim Makan Siang Gratis, Stunting Hanya Tertawa Lihat Kebijakan yang Receh

16 Oktober 2025   08:17 Diperbarui: 15 Oktober 2025   14:21 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka (Sumber: bukitraya-tenggarongseberang.id)

Kedua, ada kegagalan total dalam memahami urgensi 1000 HPK. Anggaran yang seharusnya memastikan setiap ibu hamil mendapat support gizi dan setiap balita punya sanitasi layak, malah dihabiskan untuk urusan bekal sekolah. Sungguh ironis.

Bukti Lapangan: Stunting Itu Masalah Dompet dan Pola Pikir, Anak Sultan pun Bisa Kekurangan Gizi

Kalau kita masih keukeuh percaya bahwa stunting itu problem utamanya adalah akses pangan atau kemiskinan, berarti kita perlu ngopi bareng sambil mantengin data lapangan.

Dikutip dari Jurnal Inovasi Sektor Publik Universitas Wijaya Putra, ditemukan fakta bahwa stunting itu tetap terjadi pada keluarga yang memiliki status ekonomi baik dan berpendapatan tinggi. Keluarga-keluarga ini punya daya beli untuk protein hewani, susu mahal, dan makanan bergizi apa pun yang direkomendasikan dokter. Tapi kenapa anaknya stunting?

Jawabannya bukan lagi di dompet, melainkan di otak—tepatnya, mindset dan pola asuh. Ada ibu yang mampu beli telur dan ikan, tapi memilih membelikan anaknya makanan instan kemasan karena lebih praktis, atau bahkan karena percaya mitos gizi yang salah. Dengan demikian, problemnya bukan lagi soal ketersediaan supply, melainkan soal demand dan utilisation. Akses ekonomi tersedia, tapi akses ilmu dan kesadaran hidup sehat yang tiada.

Jurnal Unnes dan Ketersediaan Pangan yang Nggak Relevan

Biar lebih menusuk lagi, mari kita lihat data yang lebih rinci mengenai akses. Stunting itu bukan hanya masalah ekonomi, tapi juga masalah pengetahuan yang melahirkan perilaku.

Baca juga: Ikan Hiu di Menu MBG, Bukti Bahwa Nggak Semua Program Pemerintah Itu Waras

Dilansir dari Jurnal Indonesian Journal of Public Health and Nutrition oleh UNNES, penelitian yang membedah korelasi antara stunting dengan akses pangan menunjukkan bahwa akses fisik pangan (ketersediaan makanan di lingkungan sekitar) justru nggak berhubungan secara signifikan dengan stunting. Sementara itu, Pola Asuh Gizi (kebiasaan ibu dalam memberikan makanan dan pengasuhan) punya korelasi yang sangat kuat.

Coba kita pikirkan, kalau masalahnya cuma ketersediaan makanan, cukup buka warung banyak-banyak. Tapi nyatanya nggak semudah itu, Ferguso. Makanan itu ada, tapi ibu nggak tahu bahwa ikan kembung jauh lebih bergizi daripada ikan sarden kemasan. Ibu nggak tahu bagaimana mengolah sumber pangan lokal yang murah menjadi MPASI yang kaya mikronutrien. Program MBG yang hanya fokus pada supply makanan justru mengabaikan masalah fundamental pola asuh yang bersumber dari mindset ini. Kita hanya menambal lubang, padahal fondasinya sudah keropos.

Fokus Kita Bukan ke Susu Tapi ke Otak Ibu dan Lubang Jamban

Jika mindset dan pola asuh adalah akar masalah, maka intervensi kita haruslah mengubah behaviour, bukan hanya mengisi keranjang belanja.

Dikutip dari penelitian yang dipublikasikan di Portal Jurnal Malahayati, salah satu faktor risiko terkuat stunting adalah pengetahuan ibu yang kurang tentang gizi dan pola asuh. Pengetahuan yang minim ini sering bersinergi dengan faktor lingkungan.

Perlu diingat, stunting itu dwitunggal: kekurangan gizi kronis DAN infeksi berulang. Mau anak dikasih makanan paling bergizi sedunia pun, kalau ia sering diare karena lingkungannya kotor, airnya tercemar, dan buang air besar masih sembarangan, nutrisi itu akan terbuang percuma. Penyakit berulang karena sanitasi buruk adalah cerminan dari mindset hidup sehat yang gagal total di tingkat rumah tangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun