Mohon tunggu...
Taufiq Agung Nugroho
Taufiq Agung Nugroho Mohon Tunggu... Asisten Peneliti

Seorang bapak-bapak berkumis pada umumnya yang kebetulan berprofesi sebagai Asisten Peneliti lepas di beberapa lembaga penelitian. Selain itu saya juga mengelola dan aktif menulis di blog mbahcarik.id

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kenapa Pemulihan Ekonomi Kita Kayak Jalan di Tempat?

23 Juni 2025   08:36 Diperbarui: 23 Juni 2025   08:36 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemulihan ekonomi Indonesia jalan di tempat (Sumber: Unsplash)

"Stimulus fiskal triliunan rupiah ekonomi digelontorkan, tapi kenapa pemulihan ekonomi kita masih belum bergerak?"

Pernah enggak kita mikir, kok aneh ya? Pemerintah sudah gelontorkan stimulus ekonomi jumbo, jor-joran kasih macam-macam bantuan, tapi kok ya roda perekonomian kita rasanya masih berat banget muternya? Kayak udah dikasih oli segalon, tapi mesinnya masih ngos-ngosan. Duit anggaran negara yang mestinya bikin nafas lega, kok malah banyak yang bilang "enggak ngefek" di lapangan?

Ini bukan cuma perasaan kita saja. Banyak yang mempertanyakan, kenapa sih pemulihan ekonomi pasca dampak pandemi ekonomi ini kok lambat banget terasa, padahal upaya stimulus sudah segitu besarnya. Di artikel ini, saya coba menguliti lebih dalam, apa saja sih biang keladi di balik susahnya stimulus kita menggerakkan ekonomi, bukan cuma soal uang yang disalurkan, tapi juga bagaimana uang itu sampai dan berefek.

Bantuan "Ngalir" Tapi Kok Susah Bikin Daya Beli Masyarakat Ngegas?

Salah satu janji manis dari stimulus ekonomi adalah untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Logikanya sederhana, kasih uang ke rakyat, mereka belanja, ekonomi muter, kan? Tapi kok ya kenyataannya tidak semudah itu. Di artikel saya yang berjudul "Kenapa Stimulus Ekonomi Kok Susah Banget Gerakin Roda Perekonomian Kita?", saya menyinggung soal misdirected aid atau bantuan yang salah sasaran. Ini nih, penyakit lama yang susah sembuh.

Coba bayangkan, kita punya data penerima bantuan yang masih campur aduk. Ada yang mestinya dapat, malah enggak kecipratan. Yang enggak terlalu butuh, malah kebagian dobel. Ini sering terjadi karena data yang digunakan tidak update atau tidak terintegrasi dengan baik.

Dilansir dari laporan Kompas.com, salah satu kendala utama dalam efektivitas program bantuan sosial adalah akurasi data penerima yang rendah. Hal ini menyebabkan banyak bansos tidak tepat sasaran dan justru menimbulkan eksklusi bagi kelompok rentan yang seharusnya menjadi prioritas.

Akibatnya, konsumsi masyarakat yang diharapkan naik drastis jadi tertahan. Uang yang seharusnya berputar di pasar, mungkin malah dipakai untuk hal lain yang kurang produktif atau bahkan tidak tersalurkan sama sekali. Ibaratnya, kita mau siram tanaman biar tumbuh, tapi airnya malah tumpah ke jalan, kan jadinya sia-sia. Untuk benar-benar menggenjot daya beli masyarakat, penyaluran harus tepat sasaran, cepat, dan transparan.

Investasi dan Sektor Riil Kok Masih Lesu, Apa Kabar UMKM Kita?

Stimulus ekonomi juga dirancang untuk merangsang investasi dan menggerakkan sektor riil, termasuk UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian kita. Tapi, kalau konsumsi masyarakat saja masih berat, mana mungkin investor mau menggelontorkan dananya dengan leluasa? Mereka pasti melihat dulu, ada enggak potensi pasar? Ada enggak pembeli yang berani belanja?

Mengacu pada artikel di Kompas.id, meskipun ada perbaikan, pertumbuhan investasi swasta masih di bawah harapan pra-pandemi. Kondisi ini dipengaruhi oleh ketidakpastian global dan domestik, serta daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya.

Para UMKM yang diharapkan jadi motor penggerak juga menghadapi tantangan besar. Meskipun ada bantuan modal atau relaksasi pajak, mereka tetap kesulitan kalau tidak ada pembeli. Banyak yang akhirnya bertahan seadanya, bahkan gulung tikar. Lingkaran setan ini bikin sektor riil sulit bangkit. Kalau investor dan pelaku usaha masih mager buat ekspansi atau bahkan sekadar bertahan, ya jangan heran kalau pemulihan ekonomi kayak keong jalannya.

Mengapa Lapangan Kerja Masih Sulit dan Pengangguran Jadi Momok Abadi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun