Lalu, ada budaya makan. Anak-anak di Aceh punya kebiasaan makan yang beda dengan anak-anak di Sumba. Di banyak daerah, makanan yang tidak sesuai selera bisa ditinggal begitu saja, mubazir.Â
Kalau pemerintah bersikukuh menyamaratakan menu dari Sabang sampai Merauke, bersiaplah menghadapi pemborosan dan penolakan diam-diam di meja makan sekolah.
Anggaran Jumbo, Tapi Perluasan Masalah
Ketua DPR Puan Maharani sendiri sempat mewanti-wanti: jangan sampai niat baik MBG malah memperluas masalah. Risiko korupsi, ketidakefisienan, hingga makanan terbuang sia-sia jadi hantu yang bergentayangan di balik angka Rp7.500 per porsi yang disebut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.Â
Sekilas terdengar masuk akal. Tapi di warung pinggir jalan pun harga nasi ayam sudah Rp15.000. Bagaimana bisa makanan sehat dan higienis untuk anak-anak diproduksi setengah dari harga itu?
Maka wajar jika publik mulai sangsi. Apakah ini program berbasis kebutuhan, atau hanya janji politis yang dibungkus dalam narasi kesejahteraan?
Target Reduksi Stunting? Salah Sasaran Usia
Salah satu argumen besar pendukung MBG adalah pengurangan stunting. Tapi ini justru titik paling lemah dari seluruh bangunan argumen program. Mengapa? Karena stunting tidak terjadi ketika anak duduk di bangku SD-SMA.Â
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh yang bermula sejak masa kehamilan hingga usia dua tahun—periode yang oleh WHO disebut "1.000 hari pertama kehidupan". Di masa ini, otak dan tubuh tumbuh cepat, tapi juga sangat rentan. Setelah itu, dampak kekurangan gizi nyaris tidak bisa dibalikkan.
Dengan kata lain, memberi makan bergizi kepada anak usia sekolah dasar memang bisa menyehatkan mereka secara umum, tetapi tidak akan mampu memperbaiki stunting yang sudah terjadi. Ini bukan asumsi, ini fakta medis.Â
Jadi jika program MBG dijadikan ujung tombak penurunan stunting, kita sedang menembak sasaran yang sudah lewat garis akhir. Baik niatnya, tapi keliru sasarannya.
Belajar dari Luar Negeri? Bisa, Tapi Jangan Asal Copas
Ada yang menyebut, "Lihat India, lihat Brazil, mereka berhasil." Benar. India sudah menjalankan program makan sekolah sejak 1995, dengan pengawasan ketat antara pemerintah pusat dan daerah.Â