Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Indonesia, Sang Puitika Austronesia dan Jembatan Dunia

17 Oktober 2025   21:47 Diperbarui: 18 Oktober 2025   07:59 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia dan dunia: dokpri 

2. Belanda: Administrasi dan Teknologi yang Mendisiplinkan Kata

Pengaruh terbesar datang dari Bahasa Belanda, yang selama tiga setengah abad mendominasi administrasi dan pendidikan. Kosakata Belanda diserap secara massif, sering kali melalui penyesuaian ejaan yang ekstensif, mencerminkan upaya bangsa kita untuk 'mengindonesiakan' kekuasaan dan ilmu pengetahuan.

Dengarlah kata-kata yang berbau birokrasi, infrastruktur, dan pendidikan tinggi: Kantoor menjadi kantor, kwaliteit menjadi kualitas, asbak menjadi asbak, dan politiek menjadi politik. Belanda memberikan tulang punggung terminologi modern pada Bahasa Indonesia, memungkinkannya menjadi bahasa yang relevan bagi ilmu pengetahuan dan tata negara.

3. Inggris: Gerbang ke Era Global

Di era modern, setelah kemerdekaan, peran kepemimpinan kosakata global beralih kepada Bahasa Inggris. Ia menjadi bahasa yang paling banyak dicerap untuk mengisi kekosongan konsep di bidang teknologi, media, dan ilmu pengetahuan mutakhir. Technology menjadi teknologi, standard menjadi standar, dan system menjadi sistem. Penyerapan ini melambangkan ambisi Indonesia untuk berpartisipasi penuh dalam kancah dunia, menggunakan kata-kata universal untuk membahas ide-ide yang tak terbatas.

IV. Racikan Jiwa Ibu Pertiwi: Panggilan dari Tanah Air

Setelah menyambut kata-kata dari seluruh dunia---dari keagungan Sanskerta, kearifan Arab, keramahan Hokkien, hingga formalitas Eropa---Bahasa Indonesia menoleh ke dalam, ke ratusan bahasa daerah yang tak ternilai harganya. Inilah bagian paling puitis: Sang Ibu menjemput kembali anak-anaknya.

Bahasa Jawa, sebagai bahasa dengan penutur terbesar, menyumbang kearifan luhur: Luwes (Indah dan fleksibel), Nalar (Akal sehat/logika), dan Unggah/Unduh (Padanan teknologi untuk upload/download). Bahasa Sunda menitipkan kehangatan: Gamis (Baju panjang) dan Ujug-ujug (Tiba-tiba). Bahasa Minangkabau mewariskan kecerdasan bertutur: Bijak dan Cakap.

Dengan menampung kosa kata daerah, Bahasa Indonesia melakukan lebih dari sekadar pengayaan leksikal; ia melakukan pembaptisan kultural. Setiap kata daerah yang diserap menjadi kata nasional adalah sebuah penghormatan abadi atas keragaman, sebuah janji bahwa tidak ada satu suku pun yang terpinggirkan dalam bingkai persatuan.

Epilog: Bahasa Indonesia, Jantung yang Berdetak untuk Semua

Bahasa Indonesia, sang pewaris Austronesia yang berjiwa kosmopolitan, adalah sebuah keajaiban. Ia memiliki fondasi purba, namun memiliki jendela yang tak pernah tertutup. Ia adalah kolase indah yang merekam aroma dupa Sanskerta, aksara Arab, dinamika Hokkien, formalitas Belanda, dan keramahan Sunda-Jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun