Begitu masuk, suasana terasa lapang dan terang. Tidak ada lorong sempit pengap. Meja pedagang tersusun rapi, lantai bersih, udara nyaman. Pasar ini memang kecil dan tidak seramai Beringharjo atau Ngasem yang penuh wisatawan, tapi justru di situlah daya tariknya. Ia memberi ruang lega untuk berjalan, berhenti, dan memperhatikan setiap detail barang serta makanan yang dijajakan.
Aroma Pukis, Gudeg, dan Sayur Segar
Di sisi kanan tampak seorang ibu berjilbab biru muda menyapa pengunjung sambil menata dagangannya: aneka jajanan pasar, sayuran, dan bumbu dapur. Tepat di tengah ruangan, sebuah meja sederhana dengan papan nama "Pukis Mbak Ninis" berdiri mencolok. Pukis hangat dengan topping kacang, meses, keju, hingga stroberi tersusun rapi. Aroma manisnya menguar, seakan memaksa siapa pun berhenti sejenak.
Berjalan sedikit ke dalam, lapak sayur-mayur berjejer: daun singkong hijau, bayam segar, kacang panjang yang masih berembun, seolah baru saja dipetik dari kebun. Lapak ikan dan daging berada di bagian paling belakang. Meski tidak besar, kebersihannya terjaga; tidak ada bau amis menusuk. Pasar juga dilengkapi toilet bersih dan resik.
Di sisi kiri, kain, pakaian bekas, dan aksesori rumah tangga ditata sederhana. Pasar Kluwih memang bukan hanya tempat mencari bahan makanan, melainkan ruang serba ada bagi kebutuhan harian. Para pengunjung---ibu rumah tangga, anak-anak, hingga orang tua---berbaur, menawar dengan suara pelan tanpa tergesa-gesa. Kesan hangat khas pasar rakyat terasa kental.
Dekat pintu masuk, sebuah gerobak bertuliskan "Gudeg Basah Buk Nuk" menarik perhatian. Gudeg manis lengkap dengan sambal krecek, tahu, dan telur, dijual dengan kesederhanaan ala pasar. Rasanya tetap otentik, meski tanpa formalitas restoran.
Lapak Pakaian, Kue Kecil, dan Kelembutan Pasar
Tak hanya makanan, ada pula lapak pakaian: kaos, daster, kain batik sederhana. Tawar-menawar tetap terjadi, meski dengan nada ramah. Saya melihat seorang ibu menawar daster, pedagangnya tersenyum, lalu sepakat di harga tengah. Adegan sederhana itu menegaskan bahwa modernisasi pasar ini tidak menghapus wajah interaksi sosial Jawa yang penuh senyum.
Ada juga penjual jajanan kecil: klepon, onde-onde, hingga kue basah lain. Warna-warni kue tradisional dalam kotak plastik bening seperti mozaik kecil yang mempercantik lorong pasar.