Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pasar Kluwih, Lenthok dan Kyojay di Dekat Kraton Yogya

21 September 2025   20:53 Diperbarui: 21 September 2025   20:53 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitu masuk, suasana terasa lapang dan terang. Tidak ada lorong sempit pengap. Meja pedagang tersusun rapi, lantai bersih, udara nyaman. Pasar ini memang kecil dan tidak seramai Beringharjo atau Ngasem yang penuh wisatawan, tapi justru di situlah daya tariknya. Ia memberi ruang lega untuk berjalan, berhenti, dan memperhatikan setiap detail barang serta makanan yang dijajakan.

Suasana pasar: dokpri 
Suasana pasar: dokpri 


Aroma Pukis, Gudeg, dan Sayur Segar

Di sisi kanan tampak seorang ibu berjilbab biru muda menyapa pengunjung sambil menata dagangannya: aneka jajanan pasar, sayuran, dan bumbu dapur. Tepat di tengah ruangan, sebuah meja sederhana dengan papan nama "Pukis Mbak Ninis" berdiri mencolok. Pukis hangat dengan topping kacang, meses, keju, hingga stroberi tersusun rapi. Aroma manisnya menguar, seakan memaksa siapa pun berhenti sejenak.

Berjalan sedikit ke dalam, lapak sayur-mayur berjejer: daun singkong hijau, bayam segar, kacang panjang yang masih berembun, seolah baru saja dipetik dari kebun. Lapak ikan dan daging berada di bagian paling belakang. Meski tidak besar, kebersihannya terjaga; tidak ada bau amis menusuk. Pasar juga dilengkapi toilet bersih dan resik.

Di sisi kiri, kain, pakaian bekas, dan aksesori rumah tangga ditata sederhana. Pasar Kluwih memang bukan hanya tempat mencari bahan makanan, melainkan ruang serba ada bagi kebutuhan harian. Para pengunjung---ibu rumah tangga, anak-anak, hingga orang tua---berbaur, menawar dengan suara pelan tanpa tergesa-gesa. Kesan hangat khas pasar rakyat terasa kental.

Dekat pintu masuk, sebuah gerobak bertuliskan "Gudeg Basah Buk Nuk" menarik perhatian. Gudeg manis lengkap dengan sambal krecek, tahu, dan telur, dijual dengan kesederhanaan ala pasar. Rasanya tetap otentik, meski tanpa formalitas restoran.

Lapak Pakaian, Kue Kecil, dan Kelembutan Pasar

Tak hanya makanan, ada pula lapak pakaian: kaos, daster, kain batik sederhana. Tawar-menawar tetap terjadi, meski dengan nada ramah. Saya melihat seorang ibu menawar daster, pedagangnya tersenyum, lalu sepakat di harga tengah. Adegan sederhana itu menegaskan bahwa modernisasi pasar ini tidak menghapus wajah interaksi sosial Jawa yang penuh senyum.

Ada juga penjual jajanan kecil: klepon, onde-onde, hingga kue basah lain. Warna-warni kue tradisional dalam kotak plastik bening seperti mozaik kecil yang mempercantik lorong pasar.

VeW odong-odong: dokpri 
VeW odong-odong: dokpri 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun