Odong-Odong VW: Antara Siang dan Malam
Di seberang pasar, mata saya menangkap deretan tiga mobil VW yang diparkir berjejer: dua VW kombi dan satu VW kodok. Catnya merah keunguan bercampur putih pucat. Setelah diperhatikan, ternyata ini bukan VW asli, melainkan odong-odong yang biasa beroperasi di Alun-Alun Kidul pada malam hari.
Saat malam, VW odong-odong itu penuh lampu kelap-kelip, musik dangdut, dan tawa anak-anak yang berkeliling alun-alun. Namun siang itu mereka tampak murung, seolah menunggu giliran untuk hidup kembali ketika matahari tenggelam.
Dari Pasar ke Jalan Gamelan Raya
Puas berkeliling, saya keluar pasar dan melanjutkan langkah menuju Jalan Gamelan Raya. Aroma kaldu menyeruak, menuntun langkah ke sebuah warung sederhana: Soto Lenthok Pak Wawan.
Soto lenthok adalah kuliner khas Yogya yang unik. Kuah bening gurih dengan bihun, kol, dan suwiran ayam disajikan bersama lenthok---perkedel singkong goreng. Teksturnya lembut, gurih, dengan sedikit rasa manis khas singkong.
Seporsi hanya Rp10.000. Murah untuk ukuran sekarang. Saya duduk di bangku kayu, menyeruput kuah hangat, menggigit lenthok, dan rasanya sungguh sederhana tapi menghangatkan. Inilah kuliner pasar rakyat yang bertahan di tengah zaman serba instan.
Mangga Kyojay: Manis, Mahal, Menggoda
Tak jauh dari warung soto, seorang pedagang kaki lima menjajakan mangga di atas meja sederhana. Ternyata ini mangga Kyojay, varietas yang konon berasal dari Thailand dan kini dikembangkan di Indonesia. "Dari Indramayu," jawab ibu penjual ketika saya bertanya.