Bentuknya besar, kulit mulus, sangat menggoda. Tapi harganya mencengangkan: Rp45.000 per kilogram. Saya membeli satu buah seharga Rp28.000. Rasanya luar biasa manis dan harum, tapi dompet saya sedikit meringis. Ada ironi di sini: soto lenthok Rp10.000 yang merakyat, berdampingan dengan mangga mewah yang merobek kantong.
Refleksi: Pasar Sebagai Ruang Hidup Kota
Perjalanan singkat ke Pasar Kluwih, lalu ditutup dengan semangkuk soto lenthok dan sebutir mangga Kyojay, memberi pelajaran kecil: pasar bukan sekadar ruang jual-beli, melainkan ruang hidup kota.
Pasar Kluwih menampilkan wajah baru pasar rakyat---bersih, nyaman, modern---namun tetap menyimpan denyut tradisi: tawar-menawar, senyum pedagang, aroma pukis, suara ibu-ibu menawar daster. Dari situ, saya merasa pasar adalah cermin kecil kota: bagaimana kota mengelola pasarnya, begitulah cara kota memperlakukan warganya.
Dan perjalanan sederhana ini, yang dimulai dari gang Abdul Hadi, ternyata menyingkap begitu banyak lapisan cerita: nostalgia VW odong-odong, hangatnya soto lenthok, hingga manis-mahalnya mangga Kyojay. Yogyakarta memang selalu begitu---dalam setiap langkah kecil, selalu ada kisah yang panjang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI