Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sate Buntel dan Emping Bumbu di Tambak Segaran

15 September 2025   22:43 Diperbarui: 15 September 2025   23:00 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Emping bumbu: dokpri 
Emping bumbu: dokpri 

Jadi, selain menyajikan sate, tongseng, dan menu utama, rumah makan ini juga identik dengan emping Tambak Segaran yang renyah.  
Ini tampak pada sebuah poster sebuah papan besar bertuliskan:
Yang membuat suasana tambah hangat adalah penjualnya---seorang ibu yang sudah berusia lanjut---tetap melayani dengan ramah. Ada kesabaran dan kelembutan dalam geraknya, seakan energi puluhan tahun berdagang sudah menempel menjadi bagian dari dirinya.
Sambil makan, kami juga ditemani emping yang disediakan di meja. Emping ini khas Tambak Segaran, ada yang dijual mentah maupun dalam bentuk bumbu siap goreng. Bahkan di salah satu sudut, terpampang poster besar bertuliskan EMPING BUMBU TAMBAKSEGARAN, lengkap dengan cara menggoreng emping: jangan terburu-buru, tunggu minyak benar-benar panas, dan emping tidak perlu dijemur. Hal-hal kecil semacam itu membuat saya sadar bahwa di balik setiap makanan, ada ilmu, ada pengalaman panjang yang diwariskan.
Saya akhirnya membeli sebungkus emping manis pedas untuk dibawa pulang. Harganya terjangkau---Rp10 ribu untuk yang remah, Rp35 ribu untuk kemasan yang cantik.  Sambil membayar, saya tersenyum membaca lagi tulisan di kemasan: Emping Bumbu Tambak Segaran. Sederhana tapi punya karakter, sama seperti warungnya.
Yang paling berkesan dari pengalaman makan di sini bukan hanya rasa sate dan tongsengnya yang enak dengan harga masih bersahabat, tapi juga atmosfer yang mengajarkan kita tentang kesederhanaan, kejujuran, dan penghargaan pada kerja keras orang lain. Dari poster tentang sebutir nasi, hingga ibu penjual yang tetap ramah melayani meski usia tak lagi muda, semuanya seperti pelajaran kecil tentang hidup yang terbungkus dalam pengalaman kuliner.

Emping: dokpri 
Emping: dokpri 


Lalu bagaimana dengan asal usul Tambak Segaran Solo? Nama Tambak Segaran menyimpan jejak masa lalu yang tenang namun sarat cerita. Dahulu, kawasan ini bukan sekadar permukiman, melainkan hamparan tanah berawa dengan kolam-kolam alami yang dipenuhi air jernih. Orang Jawa menyebutnya "tambak" untuk rawa atau kolam, dan "segaran" yang berarti kesegaran, kejernihan air yang menyejukkan pandangan. Maka, Tambak Segaran pun dikenal sebagai tempat di mana air mengalir jernih, memberi kehidupan bagi sekitar.
Seiring waktu, wilayah itu tidak hanya dikenal karena bentang alamnya, tetapi juga karena letaknya yang strategis. Berada dekat dengan jalur perniagaan dan keraton Kasunanan, Tambak Segaran menjadi simpul pertemuan orang-orang dari berbagai penjuru. Pedagang dari luar Solo singgah, perantau bermukim, dan sebagian besar dari mereka membawa serta profesi serta tradisi yang kelak menghidupkan denyut kawasan ini.
Di antara para perantau itu, ada yang datang dengan membawa kambing, ada pula yang berbekal keahlian memanggang daging di atas bara. Dari sinilah, aroma sate pelan-pelan menjadi bagian dari denyut nadi Tambak Segaran. Konon, sejak lama kampung ini tak pernah sepi dari bau arang yang terbakar, dari suara riuh para penjual yang menyiapkan sate, tongseng, maupun gulai.
Kini, meski wajah Solo banyak berubah, nama Tambak Segaran masih hidup. Bukan lagi sekadar penanda sebuah tempat berair jernih, melainkan lambang sebuah warisan kuliner dan keramahan, yang lahir dari pertemuan orang-orang sederhana di tepian keraton.
Dan siapa sangka, saya malah menemukan Tambak Segaran bukan di Solo, melainkan di Yogyakarta.

Kami pergi  dengan perut kenyang, hati hangat, dan oleh-oleh emping di tas. Kadang, kebahagiaan memang sesederhana itu: menemukan rasa yang pas, suasana yang tulus, dan harga yang tidak membuat kita berpikir dua kali untuk kembali.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun