"Di Kumamoto, saya belajar dua hal: gerbang kastel tutup jam empat sore, dan taiyaki selalu siap menyambut mereka yang tersesat di jalur sejarah."
Setelah seharian menjelajah Misumi---sebuah kota pelabuhan kecil yang tenang di pinggir laut Kumamoto, dan menyeberang ke Amakusa, kami kembali ke Kumamoto Eki (stasiun Kumamoto) menjelang sore.
Waktu menunjukan sekitar pukul 17.30 ketika kami sudah siap kembali untuk menjelajah Kumamoto setelah istirahat sejenak di hotel. Namun langit masih bersinar cerah, maklum di bulan Agustus ini matahari tenggelam agak terlambat di Kyushu.
"Ayo kita ke Kumamoto Castle," kata saya walau mungkin sadar bahwa kemungkinan besar kami tidak bisa masuk, tapi minimal bisa sekedar berkunjung. Keinginan ini berdasarkan fakta bahwa Kumamoto Castle adalah salah satu kastel paling bersejarah di Jepang. Konon ada 3 kastel paling bersejarah di Jepang yang disebut Nihon Sanmeijo. Dua lainya adalah Himeji Castle di Hyogo dan Matsumoto Castle di Nagano.
Rasanya seperti mengejar waktu. Saya tahu jam kunjungan terbatas, tapi saya tetap ingin mencoba, siapa tahu masih sempat.
Dari Hotel ke Kastel: Menyusuri Jejak Samurainya Kato
Kami menginap di ANA Crowne Plaza Kumamoto New Sky, hotel modern yang letaknya strategis di pinggir sungai Shirakawa. Dari sana, kami berjalan sebentar ke halte trem Gionbashi dan naik jalur trem A (jalur merah) menuju pusat kota.
Gofukumachi, Kawaramachi, Keitokuko-mae, Karashacho, Saya sempat membaca halte-halte yang dilewati sebelum akhirnya setelah sekitar 15 menit kemudian trem tiba di Kumamotojo-Shiyakusho-mae---(Kumamoto Castle/City Hall), halte yang tepat berada di depan kantor walikota dan hanya beberapa menit berjalan kaki menuju kawasan area kastel.
Matahari masih bersinar terang walau terlihat mulai menggantung rendah di ufuk barat ketika kami turun dari KCT (Kumamoto City Tram) menapaki jalan yang mengarah ke benteng. Istri memutuskan untuk beristirahat saja dan duduk di halte.
