Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Dari Si Kuncung ke 5 Benua, Jejak Membaca, Jejak Menulis

19 Mei 2025   18:24 Diperbarui: 19 Mei 2025   18:24 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Afrika dan Ziarah Diam-Diam
Saya menulis Tamasya ke Benua Afrika, tentang Maroko, Mesir, Kenya, Tanzania, Rwanda, dan Zanzibar. Saya tidak hanya mencatat tempat, tapi manusia---kisah genosida, dan anak-anak di jalan sempit yang melambai pada pelancong.
Saya menulis tentang perjalanan spiritual yang tidak selalu agung, tapi nyata. Tentang bangunan yang hampir roboh, tapi masih berdiri. Dan tentang doa-doa yang melayang di atas reruntuhan.

Fiksi dan Cerita Misteri
Sesekali saya juga pernah  menulis sebuah novel, serta kumpulan cerita pendek misteri. Ini medan baru---menulis dari imajinasi, bukan hanya dari pengalaman. Tapi saya percaya, kisah fiksi juga bisa mengungkapkan kebenaran. Misteri bukan hanya soal "siapa pelakunya", tapi tentang apa yang disembunyikan, dan mengapa.

Kendala dan Nyala yang Tak Mati
Menulis bukan pekerjaan mudah. Ada masa saya kehilangan arah. Draft menumpuk. Ide mentah. Perjalanan ke Hong Kong dan Uzbekistan yang sudah siap, tapi belum jadi cerita yang utuh.
Saya sadar bahwa dari membaca akhirnya saya menulis. Tapi saya menulis karena saya tahu, ada sesuatu yang harus dituliskan agar tidak hilang.

Buku Cetak di Era Digital
Sekarang dunia penuh informasi digital. Artikel berseliweran, cerita pendek bisa dibaca gratis di mana-mana. Tapi saya tetap menyukai buku cetak.
Saya suka membuka halaman. Mencium aroma kertas. Memberi tanda di pojok. Buku cetak memberi rasa kehadiran yang tidak tergantikan layar. Bukan sekadar dibaca---tapi disimpan, diwariskan, diulang.

Menulis untuk Mengingat
Akhirnya, saya juga menjadi dosen---mengajar, berdiskusi, dan mendorong mahasiswa untuk berani menulis. Tapi saya tidak pernah lupa: saya lahir dari halaman Si Kuncung, dari Bobo, dari komik-komik tua yang diselipkan di bawah bantal.
Menulis adalah cara saya untuk tetap utuh. Untuk menjembatani masa lalu dan masa depan. Untuk menyimpan semua langkah yang pernah saya tempuh.

Karena menulis, sesungguhnya, bukan soal ingin dikenal. Tapi ingin mengingat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun