Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Lisboa Bom Dia: Catatan Langkah Kaki di Kota Bersejarah

29 April 2025   09:03 Diperbarui: 29 April 2025   10:30 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita Lisboa dari jendela apartemen / dokpri 


Pagi itu langit Lisboa diselimuti awan kelabu, tapi suasana hati terasa cerah. Saya berjalan kaki menuju stasiun metro Alfornelos, payung yang saya pinjam di apartemen ada di tangan. Sesekali dijadikan tongkat membantu meringankan beban kaki pada jalanan yang sedikit menanjak.  Dengan  payung ini pula saya siap menghadapi hujan rintik-rintik.

Dari apartemen kecil yang sederhana di Rua Antnio Jos da Silva, saya berjalan santai menuju stasiun metro Alfornelos. Tidak ada ransel besar atau kamera tergantung di leher. Saya hanya membawa barang seperlunya --- berusaha menyatu dengan suasana lokal, bukan tampak seperti turis yang baru mendarat.

Di trotoar yang nyaman dan lebar, beberapa orang berjalan cepat, mungkin hendak ke kantor atau kampus. Sebagiab lainnya membawa kantong belanjaan dari toko roti. Ketika berpapasan, satu dus orang tersenyum dan menyapa pelan, "Bom dia" --- ucapan selamat pagi dalam bahasa Portugis yang saya balas dengan sopan. Ada kehangatan sederhana di udara Lisboa pagi itu, seolah kota ini membuka pintunya tanpa banyak basa-basi.

Orang-orang dari berbagai latar belakang etnis terlihat, termasuk mereka yang berdarah Afrika dan Kaukasia. Ternyata ibu kota Portugal ini cukup beragam dari segi etnografi.

Sampai di stasiun Alfornelos, saya mengeluarkan tiket metro 24 jam yang dibeli semalam. Harganya sekitar 6 Euro. Sangat praktis: hanya sekali bayar, dan bebas berpindah-pindah metro, trem, dan bus sepanjang hari.

Stasiun tujuan  adalah Restauradores, sebuah perjalanan sekitar 25 menit melewati 12 stasiun. Nama yang mudah diingat adalah Praca  de Espanha dan Jardim zoologico. Di  dalam gerbong yang tidak terlalu penuh, suasana tenang. Tak banyak orang berbicara keras; hanya deru kereta dan sesekali suara pengumuman berbahasa Portugis yang membelah keheningan.

Sampai di stasiun Restauradores, cukup naik eskalator ke  permukaan. Sebuah Plaza atau lapangan yang luas menyambut itu, dengan obelisk menjulang memperingati pembebasan Portugal dari Spanyol pada abad ke-17.  Dengan langkah sedikit cepat, saya bergegas ke utara, menuju tujuan utama pagi itu: Praca  do Rossio.

Tugu Don Pedro IV : dokpri 
Tugu Don Pedro IV : dokpri 

Lapangan ini adalah nadi kota, tempat di mana sejarah dan kehidupan harian bertemu.
Tugas pertama adalah menemukan Nuno, pemandu wisata yang akan menunggu dan memegang payung putih bertuliskan nama tur.  Ternyata tidak sulit menemukannya karena sudah cukup banyak wisatawan yang datang mengelilingkan. Ada sekitar 15 orang termasuk saya dan ternyata tur sudah dimulai sekitar 5 menit lalu.
Setelah bergabung dan memperkenalkan diri, saya berdiri sambil mendengarkan penjelasan Nuno.

"Rossio dalam bahasa Portugis kuno berarti tanah kosong atau lapangan terbuka."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun