Namu Myoho Renge Kyo... Namu Myoho Renge Kyo...
Suara bedug Uchiwadaiko bergema, mengiringi lantunan mantra yang berulang-ulang. Ritme yang stabil membawa ketenangan, menyelaraskan tubuh dan pikiran dalam harmoni. Kami duduk dengan takzim, bermeditasi dan mengosongkan fikiran mengikuti lantunan mantera dengan khusyuk, meresapi getarannya yang menggema di ruang vihara.
Setelah suara bedug perlahan mereda, kami mulai menulis Sutra Teratai dengan huruf-huruf kanji yang indah. Setiap goresan pena menjadi bagian dari meditasi, menghubungkan diri dengan ajaran Nichiren Daishonin. Menulis sutra bukan sekadar aktivitas fisik, melainkan latihan spiritual yang melibatkan seluruh jiwa.
Acara menulis Sutra Teratai merupakan acara puncak kunjungan Hangout Kebhinekaan ke 18 Generasi Literat yang kali ini mengunjungi Graha Pundarika di kawasan Puri Gardena, Kalideres, Jakarta Barat pada 15 Februari 2025.
Siang itu, saya berangkat menuju Stasiun Kalideres dari Bekasi. Langit sedikit mendung di Bekasi, namun ternyata sangat cerah di kawasan Jakarta Barat. Walau ojol saya sempat sedikit nyasar, akhirnya saya tiba dengan selamat di Graha Pundarika.
Di lantai dua, Mas Tian dan sebagian teman sudah menunggu. Tuan rumah Bhikuni Ervina Myofu Shonin atau yang akrab kami panggil Sensei menyambut dengan senyum hangat. Walau masih berusia muda, sosoknya tenang, penuh wibawa, dan tampil ramah sekaligus membawa ketenangan jiwa.
Sensei menjelaskan bahwa Vihara ini bukan sekadar tempat ibadah, melainkan ruang bagi siapa saja yang ingin belajar dan mendalami ajaran Nichiren Shu.
Nichiren Shu adalah salah satu aliran Buddhisme yang berakar pada ajaran Nichiren Daishonin, seorang biksu dari Jepang pada abad ke-13 yang menekankan bahwa Sutra Teratai adalah inti dari semua ajaran Buddha.
Ordo ini pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 2003 dan terus berkembang hingga akhirnya, pada tahun 2015, Graha Purandika ini dibangun sebagai pusat kegiatan spiritual di Jakarta Barat.
Sebelumnya sensei juga menjelaskan bahwa ada tiga aliran utama agama Buddha, yaitu Mahayana yang banyak di Tiongkok, Jepang dan Korea, Theravada yang tersebar di Asia Tenggara termasuk Indonesia dan Tantrayana di selatan seperti India dan Srilanka. Alitan Nichiren ini pun termasuk dalam Mahayana.
Sebelum itu sensei Ervina juga menjelaskan sekilas tentang kisah hidup Sang Buddha dan inti ajaran Buddha seperti Pancasila dan Darma. Juga dijelaskan mengenai esensi ajaran mahayana yaitu bahwa semua makhluk itu pada dasarnya setara.