Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Jalan Tol Gerbang Keajaiban dan Kota Hantu di Srilanka

5 November 2015   11:44 Diperbarui: 5 November 2015   12:15 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari masih pagi, sekitar pukul delapan, ketika mobil Honda Insight bertenaga hibrid melaju kencang melalui jalan raya A2 meninggalkan keindahan kota kecil Tissa Maharama dengan danau yang indah dan permai menuju Galle. Sebagai negri berpenduduk mayoritas beragama Buddha, di sepanjang jaman banyak sekali terdapat pagoda dengan stupa yang umumnya berwarna putih.

Ketika melewati kawasan Weerawila, ada sebuah lapangan udara militer yang menjadi salah satu markas Angkatan Udara Srilanka atau SLAF. Kebetulan di tempat ini dipamerkan sebuah pesawat tua yang cukup terkenal di Indonesia pada jaman baheula yaitu HS 748 . Pesawat berbaling-baling dengan dua mesin ini di parkir di halaman dan dijadikan semacam tempat wisata. Kata orang HS 748 ini lebih besar loh dibandingkan Boieng 747!

Setelah melewati langan terbang milter ini, kendaraan terus melaju di jalan raya A2 dan tidak lama kemudian melewati kawasan yang bernama Hambantota. Yang menarik adalah lebarnya jalan disini yang sebagian bahkan terdiri dari 3 lajur untuk satu arahnya sehingga lebih mirip dengan jalan bebas hambatan. Berada disini, kita merasa seakan-akan bukan berada di Srilanka. Jalan raya ini juga terlihat sangat lenggang dan saking sepinya membuat kita merasa dipindahkan ke dunia lain. Dunia yang tidak sama dengan pemandangan umum di Srilanka dengan warung-warung keci di tepi jalan yang menjual kelapa gading dan stupa- stupa warna putih.

Di sekitarnya juga terdapat gedung dan bangunan yang cukup megah. Salah satunya sebuah convention centre dengan nama MRICC alias Magam Ruhunupura International Conventon Centre. Menurut Rismi, gedung ini selesai dibangun pada 2013 dengan luas bangunan lebih dari 16 ribu meter persegi. Selain untuk konvensi bisa juga menjadi tempat pertunjukan. Sayangnya walaupun terlihat megah, nampak sekali bahwa gedung ini pun sekarang sangat sepi dan seakan-akan tidak ada kegiatan apa-apa. Lapangan dan halamannya yang luas juga terlihat lengang.

 

Tidak jauh dari MRICC ini terdapat sebuah bangunan besar mirip perkantoran yang terdiri dari beberaapa lantai. Sama nasibnya dengan MRICC tadi, gedung ini juga namapak tidak berpenghuni, lengang dan ditinggalkan. Suasananya mirip berada di kota hantu saja. Kalau kita memandang sekilas ke sekitar, masih banyak lahan kosong di daerah ini yang nantinya akan dijadikan perumahan, perkantoran dan juga tempat niaga dan bisnis.


Masih di kawasan sekitar Hambantonta ini, ada lagi sesuatu yang seakan-akan berasal dari masa depan. Lahan yang luas dengan kincir angin modern yang biasanya dijumpai di negara-negara Eropa Utara. “Ini adalah kincir angin yang digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik”, tambah Rismi. Sayangnya ketika sejenak melongok ke pintu masuk, terlihatlah bahwa proyek ini pun belum selesai dan seakan-akan terbengkalai.

“Ceylon Electricity Board – 3 MW Pilot Wind Power Project Hambantota”, demikian tertulis pada papan nama berdasarkan warna kuning yang terpampang di depan sebuah jalan masuk masuk yang lebar dan mulus namun masuh tertutup palang dari besi warna merah putih dengan latar belakang sebuah kincir angin yang manis.

“Proyek-proyek besar di kawasan Hambantota ini diprakarsai oleh Presiden terdahulu Srilanka yaitu Mahenda Rajapaksa, jelas Rismi lagi. Ternyata Hambantota ini merupakan kampung halaman sang presiden yang naik tahta sejak 2004 sampai 2014 lalu.  Tidak jauh dari sini, ada juga sebuah lapangan terbang internasinal megah yag baru saja selesai dibangun dan diresmikan pada pada 2013 lalu.

Nama bandara baru ini  Matalla Rajapaksa Internasional Airport. Terminalnya megah dan luas, bahkan mampu melayani pesawat raksasa seperti Airbus 380, sayangnya sampai saat ini hampir tidak ada perusahaan penerbangan yang mampir ke sini kecuali sebagian penerbangan Sillankan Airlines dan Flydubai.

Sebuah pelabuhan besar juga sudah selesai dibangun dan namanya Magampura Mahinada Rajapaksa Port atau lebih akbrab dikenal sebagai Hambantota Port saja. Sekali lagi, walaupun dibangun dengan kapasitas sangat besar dan modern, pelabuhan ini sama sekali sepi dari kegiatan dan kapal-kapal esar lebih suka berlabuh di pelabuhan Colombo.


Singkatnya berada di kawasan Hambantota yang mosern dan megah ini, kita merasa seakan-akan berada di kota hantu di Srilanka yang indah dan permai.

Perjalanan menuju Galle dan kemudian Colombo kemudian dilanjutkan dengan menggunakan salah satu proyek yang juga dibangun pada jaman Mahinda Rajapaksa. Yaitu jalan bebas hambatan pertama yang ada di Srilanka. Jalan Raya dengan kode E1 ini dinamakan juga Southern Expressway dan pada saat ini membentang lebih dari 150 km dari Kottawa di dekat Colombo hingga Matarra. Dari Kotawa jalan ini dilanjutkan dengan Expressway E2 sampai di Kaduwela.


Kami memasuki jalan tol ini melalui pintu gerbang Niwala yang berada di Godagama dan merupakan pintu masuk pertama dari Matarra menuju Galle dan Kolombo. “ Jalan tol dengan empat lajur ini dibuat oleh kontraktor dari Cina dan dengan demikian Srilanka saat ini mempuanyai beban hutang yang sangat banyak kepada Cina”, tambah Rismi lagi.


Salah satu keunikan berkendara di jalan tol di Srilanka adalah rambu-rambu lalu lintasnya. Ada rambu yang bergambarkan “burung merak” untuk mengingatkan pengemudi agar berhati-hai karena di kawasan tersebut sering dilintasi oleh burung nan cantik itu. Burung merak memang sering kita jumpai termasuk menjadi satwa andalan di Yala National Park.

Perjalanan menuju Galle dan kemudian Kolombo dan Negombo melalui jalan raya yang panjang ini cukup mengasyikan. Maklum karena jumlah kendaraan belum terlalu padat. Sayangnya hanya ada satu tempat istirahat dan beum ada pompa besin sehingga kita harus mengisi bahan bakar yang cukup sebelum masuk ke jalan tol.


Di tempat istirahat yang cukup megah ini, kita dapat mampir sebentar ke toilet walau harus membayar 20 Rupee dan juga sejenak melihat retoran dan toko-toko yang ada. Ada juga kios Srilanka Tourisme dan gerai yang menjuak Tambili alais kelapa gading.

Di halaman parkir yang luas, ada sepasang prasasti berbentuk cermin . Yang sebelah kri dalam Bahasa Inggris dan yang sebelah kanan dalam Bahasa Sinhala. Judulnya sangat meyakinkan yaitu “Gateway to Miracle” dan prasasti dalam Bahasa Inggris ini berbunyi “This is to record that ‘The Southern Expressway’ write in history the first venture in expressway construction in our motherland was gifted to the people on 27th day of November 2011 by His Excellency Mahinda Rajapaksa President of the Democratic Socialist Republic of Srilanka

Sepenggal perjalanan ke Srilanka bisa membuktikan bahwa seorang Presiden bisa mengubah sebuah negri dengan proyek-proyek mercusuar yang dinamakan atas namanya. Proyek itu bisa membuat jalan tol gerbang keajaiban dan juga sebuah kota hantu!

Tissa Maharama –Hambantota-Galle-Kolombo-Negombo , Oktober 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun