Terkadang kita mengira taat itu menyiksa. Tapi sebenarnya, itu karena kita belum mencicipi manisnya. Kita terlalu sibuk menahan diri dari larangan, hingga lupa mengecap keindahan dari kebaikan itu sendiri.
Bukan menolak maksiat yang menyiksa, tapi belum terbiasanya jiwa dalam keindahan taat.
Shalat yang khusyuk, sabar dalam kesulitan, ikhlas dalam memberi---semuanya adalah bentuk kenyamanan rohani yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang bersungguh-sungguh.
Maka ketika ada godaan, katakan pada diri sendiri:
"Aku bisa merasa lebih nyaman dari ini, tapi dengan cara yang halal dan diberkahi."
Kecewa Karena Makhluk: Tanda Kita Terlalu Bergantung.
Salah satu penyebab kita tergelincir ke maksiat atau kelelahan dalam taat adalah kekecewaan kepada manusia---karena diabaikan, dikhianati, atau diremehkan. Tapi sesungguhnya, kekecewaan itu lahir karena kita mengikat harapan pada yang fana.
Kita sering lupa: kita tidak punya urusan dengan makhluk, tapi dengan Allah.
Makhluk hanyalah perantara. Mereka datang dan pergi. Mereka baik dan buruk sesuai takdir dan ujian-Nya. Jika kita kecewa, bukan karena mereka mengecewakan, tapi karena kita menggantungkan diri kepada yang tak pernah bisa menjamin apa-apa.
Orang yang Menyakiti, Sebenarnya Membebaskan.
Ini yang paling sulit dipahami, tapi juga paling menyembuhkan:
Orang yang berbuat buruk padamu, sejatinya sedang membebaskanmu.