Bahagia itu bukan mengumbar, tapi menjaga---diri, hati, dan kehormatan.
Bahagia itu bukan menguasai orang lain, tapi menguasai diri sendiri.
Kita bisa bahagia lewat sedekah, lewat doa yang tulus, lewat pekerjaan yang halal, lewat cinta yang sah, lewat hidup yang jujur. Semua itu mungkin, dan bahkan lebih mendalam daripada kenikmatan yang diperoleh dari pelanggaran.
Mengapa Tuhan Melarang? Bukan untuk Menyiksa, Tapi Menjaga.
Allah tidak melarang sesuatu kecuali karena ada mudharat (kerusakan) di dalamnya. Larangan bukan bentuk kekejaman, melainkan perlindungan. Seperti seorang ibu yang melarang anaknya bermain api, bukan karena ingin membatasi, tapi karena cinta.
Contoh nyata bisa dilihat dalam berbagai hal:
Perzinahan merusak ikatan keluarga, mengundang penyakit, dan membuat batin kosong.
Riba merusak ekonomi, memperbudak orang miskin, dan menciptakan kesenjangan.
Miras dan narkoba mungkin memberi "sensasi", tapi menghancurkan akal dan masa depan.
Jika kita percaya bahwa Tuhan Maha Tahu, maka kita juga harus percaya bahwa larangan-Nya bukan untuk menghalangi bahagia, tapi untuk melindungi bahagia yang hakiki.
Menuju Bahagia dengan Jalan yang Diberkahi.