Sebait puisi tentang Pasrah; semoga menginspirasi ketika kaum margin bagai makin termarginalkan
Beberapa orang menyebut sifat pasrah, sabar dan pengalah sebagai sifat yang baik dan positif.
Mencoba menyakini mungkin inilah yang terbaik yang Tuhan pilihkan untukku
"Ya Allah" Isak tangis terdengar sedikit menggema di kos ukuran 3x3. Arya tengah duduk diatas sajadah pemberian orang tuanya yang dibeli langsung dari
Pasrah adalah bentuk kepasrahan kepada takdir yang penuh percaya, bukan dalam keputusasaan, tapi dalam ketenangan
Orang yang berbuat buruk padamu, sejatinya sedang membebaskanmu.
Puisi ini mengisahkan perjalanan panjang seorang tenaga operator sekolah yang dengan sabar menanti kesempatan mengajar selama 20 tahun. Meski tertahan
“Kau ingin aku hilang… maka inilah aku, memudar.”
Puisi ini berkisah tentang setiap hidup sudahlah pasrahkan pada Sang Maha Pencipta karena dia yang Maha Beriradah
Ketidakpastian mungkin akan selalu menjadi bagian dari hidup ini, tetapi ia tidak harus menjadi tuan atas jiwa kita.
yang menang tertawa yang kalah menyimpan dendam sampai anak cucu
Ketika air mata mengalir deras membasahi padang Arafah nan luas rongga-rongga dada menjadi lega luruh beban-beban di pundak mereka 
Berserah kepada Takdir Tuhan adalah sebuah cara untuk meredam gejolak dan konflik batin
Bila ditarik kebelakang, kondisi pasar sepi ini terlihat jelas secara kasat mata, pada saat menjelang lebaran beberapa waktu lalu.
Langkah ini tak selalu lurus, lisan ini tak selalu menyebut nama-Nya. Tapi harap itu selalu ada, dalam diam yang bersimpuh.
Di senja Ramadhan, aku belajar melepas. Sukacita bukan untuk digenggam, tapi untuk dialirkan. Dan dalam air mata, Tuhan selalu ada.
Ikhlaskan relakan saja, pasrahkan pada Sang Maha Kuasa
titik terakhir manusia adalah pasrah
Ya Robb, Hidupku Dalam Genggaman-Mu
"jangan biarkan keputusasaan memadamkan api dalam dirimu