Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sudut Sunyi Perjuangan

12 Oktober 2021   15:15 Diperbarui: 12 Oktober 2021   15:20 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash/holly-mandarich

Sebentar lagi hujan akan tiba, menghapus segala daun-daun yang sudah mengering. Atau bahkan mungkin akan menghidupkan yang nampak mulai layu. Lantas apakah kekeringan itu menjadi pertanda bahwa mereka telah menyerah? Padahal mereka terus berjuang dan bertahan dengan segala daya yang masih tersisa. Terus menikmati kehidupan, meski harus menahan segala asa di tengah terik gersangnya kehidupan.

Tapi, semua itu menjadi sebagian dari hamparan waktu. Perjuangan dan bertahan dalam satu masa merupakan upaya, sebelum beralih ke masa berikutnya, yakni menggapai hasil. 

Yang dapat dilihat oleh siapapun yang menginginkannya atau bahkan mendambanya. Akan tetapi, siapa yang akan peduli dengan perjuangan dan upaya? Siapa yang akan melihat upaya dalam merangkai bunga di taman kota yang nampak begitu menawan? Kecuali hanya akan banyak menikmati keindahannya, hasilnya.

Bisa jadi hasil lebih utama daripada proses. 

Tapi, adakah hasil itu akan terwujud tanpa adanya suatu proses sebelumnya? Oleh karena itu proses lebih utama daripana hasil, sebab hasil akan mengikuti alur dari laju suatu proses. 

Atau sampai kapan kita akan mengetahui hujan itu akan tiba? Kalau awan mendung yang menjadi pertanda tak kunjung lekas menyapa. Sebab, jikalau hanya hamparan langit biru yang nampak sejauh mata memandang, niscaya janganlah kita berharap hujan akan segera tiba.

Tapi tenanglah, di salah satu sudut kesunyian perjuangan itu, kita menyatu. Hadir menatapmu, meski dalam ketiadaan. Sekalipun kelak dalam satu waktu kita akan saling menyerang dan berupaya menerkaku, maka aku akan tetap menyambung apa yang mungkin coba engkau putuskan, sebab aku ingin menjaga kedekatan ini untuk selalu bersamamu.

Semua kata-kata hanyalah kiasan yang keluar dari kecerdasan dan kecendekiawanan sehingga nampak begitu anggun dan merasuk qalbu di satu waktu. Namun, di sisi yang lain kata-kata bisa menjadi racun yang dalam sekejap akan membunuh nuranimu, dan menutup mata hatimu.

Setiap dari kita pasti cerdik merangkai kata-kata melalui jari-jemari yang menjadi bagian atau alat untuk memproyeksi dari mulanya absurd di alam angan-angan, lalu terwujud nyata menjadi tulisan nan bermakna. Sekalipun, bagian itu (tangan) malas dan tak berdaya, tetapi dia akan tetap tunduk kepada perintah dan niat pemimpin diri, yakni hati.

Segalanya telah tertulis dan mampu terbaca sekalipun itu masih tersembunyi. Sebab, manusia adalah serangkaian kata-kata dan kata-kata itu juga menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar, Yang Menciptanya.

Oleh karena itu berhati-hatilah, Kasih. Sebab apa yang engkau anggap bijak dan mulia itu saat ini berceceran di mana saja dan dapat dengan mudah engkau temukan. Engkau terpaku dengan hasil yang menawan dan memukau mata gelisahmu. 

Engkau ingin segera berlari menujunya, akan tetapi mengapa engkau sekalipun enggan mendengar bisikan  yang tersembunyi? Apakah waktu sedang memburumu sehingga engkau tak sanggup menahan diri?

Tanyakan kepada hati, apakah yang mungkin diyakini bisa berubah menjadi pasti? Karena mungkin saja hujan enggan datang. Mungkin saja, yang kering dan yang layu justru semakin membusuk.Harapan mungkin saja akan tertelan ketakutan. 

Jika seperti itu, akankah engkau akan bertahan? Dan terus berupaya untuk terus mencari ketidakpastian.

Hati kita selalu memberi jawab, akan fatwa yang seringkali kita ingkari. Sediakah kita taat atau setidaknya mulai sedikit mendengarkan. Nantinya, mungkin saja kita tidak akan tersesat meski kedua mata tertutup. 

Karena itu akan menjadi penuntun, dan apabila kita mengikutinya dalam kebaikan, dengan niat sekecil apapun, niscaya Dia akan memberikan balasannya.

Mungkin saja kita mengetahui dan mampu mengambil pelajaran dari setiap jengkal perjalanan yang telah dilalui. Meskipun begitu, jangan lepaskan dekapannya walau hanya sekejap, sebab engkau tak akan pernah mampu memahaminya. Kecuali terus berada di dekatNya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun