Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selalu Ada Keretakan dalam Setiap Pencarian

19 Oktober 2020   16:47 Diperbarui: 19 Oktober 2020   16:58 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lanjutan dari 3 Imunitas Hati

Kembali ke awal tujuan hidup sejenak jika titik pusat tujuan hidup itu ridho Allah. Ridho itu sendiri merupakan sebuah keadaan yang bisa datang dan pergi, maka kita harus mengupayakan supaya keadaan ridho tersebut tidak pergi. 

Dan menjadi usaha bagi kita untuk terus menjaganya seperti menumbuhkan sebuah pohon, kita mesti menyirami, memberinya pupuk, merawatnya supaya menghasilkan bunga yang indah atau buah yang manis.

Jika tujuan hidup memiliki titik pusat, begitu pula upaya untuk mencapai tujuan itu pun memiliki titik pusat pula. Belajar dan melakukan yang terbaik merupakan sebuah perbuatan. 

Tawakkal, sabar dan syukur merupakan sifat atau jalan. Sedang ilmu hati ibarat hakikatnya. Dan yang menggerakkan itu semua adalah jiwa kita.  Upaya untuk mencapai jiwa yang ridho ada tiga hal menurut Rasulullah, yaitu dirikanlah shalat, seringlah membaca Al-Quran, dan mendatangi majelis-majelis dzikir.

Di era modernitas ini dengan segala hingar bingarnya, kita bisa melaksanakan shalat lima waktu secara tertib itu sudah menjadi pencapaian yang luar biasa. Dengan segala bentuk godaan keduniawian dan kesibukan aktivitas pekerjaannya, bisa meluangkan sedikit waktu untuk melaksanakan kewajiban shalat menjadi sesuatu yang sangat berat sekarang dibanding zaman dulu. 

Untung Rasul bisa menawar sampai yang wajib hanya lima waktu, bayangkan coba kalau Rasul tidak menawar dan harus shalat puluhan bahkan ratusan rakaat setiap hari. 

Hidup hanya untuk sembahyang tidak sempat memikirkan yang lain selain Allah. Tidak ada pasar, tidak ada sekolah, tidak ada mall, karena semua sibuk dengan ibadahnya masing-masing. Itulah kebaikan Rasul dengan menawar karena membuka kesempatan pekerjaan bagi para setan untuk menyalurkan keahliannya, yaitu menggoda manusia.

Kanjeng Nabi aja baik terhadap setan, apalagi terhadap umatnya. Kanjeng Rasul tahu kalau hanya dengan bantuan setan lah iman umatnya itu terbentuk. Kita harus berterima kasih kepada setan yang tak pernah lelah ia memberikan cobaan, bukan malah takut kepada setan apalagi memusuhinya. 

Kita rangkul setan karena kita tidak pernah bisa mengalahkannya sampai akhir hayat. Semakin kuat iman kita maka setan juga akan datang semakin kuat. Jadikan setan itu teman hidup bukan menjadi musuh, teman yang selalu menjadi sparing partner kita untuk mempertebal iman. Jadi dibalik kebaikan Rasulullah SAW kepada setan, tersimpan manfaat yang begitu besar kepada umat yang sangat dicintainya.

Shalat yang diibaratkan sebagai tiang keimanan, bagaikan benang layang-layang yang selalu menjaga layang-layang tetap tenang di angkasa walaupun diterpa angin yang begitu kencang. Jika dimensi dan luasnya waktu bisa dipersempit, sholat bisa kita ibaratkan seperti puasa Ramadhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun