Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

3 Imunitas Hati

2 Oktober 2020   16:29 Diperbarui: 2 Oktober 2020   16:42 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di zaman era digital sekarang ini, salah satu bentuk keburukan nafsu ialah senang dipuji manusia, disebut-sebut kebaikannya, disanjung dan dianggap eksistensinya. Tandanya kadang jelas disaat pujian itu berhenti padanya apalagi ada orang yang berbicara dibelakangnya(digosipin), bahkan sampai mencelanya, ia akan kembali malas dan berat untuk beribadah. Itu berarti ibadah kita masih diliputi oleh rasa riya'.

Terkadang sangat sulit bagi kita untuk membedakan nafsu itu sendiri. Nafsu seakan selalu berbicara seperti orang orang biasa pada umumnya. Tapi coba saja untuk menguji dirimu untuk menguji dan meminta takwa (mematuhi segala perintah-Nya dan larangan-Nya) kepada nafsu dirimu. Terkadang dia akan terlihat musyrik dengan menunda-nunda waktu ibadah, pamer seolah nafsu itu sudah benar dan bangga diri seolah nafsu itu membawa kita untuk merasa perilaku kita lebih baik dari orang lain.

Nafsu akan selalu merasa tawadhu' selama belum diuji denagn tidak mengikuti keinginannya ketika marah. Seandainya toh nafsumu memang sudah benar dan ikhlas, tentu dia tidak perlu lagi berhias untuk segala sesuatu yang tidak memiliki bahaya dan manfaat. Dan perbuatannya benar ketika datang ujian, perilaku nafsu akan sesuai dengan ucapannya.

Lawanlah nafsumu sebagaimana Rasulullah bersabda, "Orang yang gagah berani  bukanlah orang yang dapat menyerbu musuhnya dengan tangkas dalam pertempuran, akan tetapi orang yang gagah berani itu sebenarnya yang kuasa dan mampu menahan hawa nafsunya." (Muttafaqun Alaih). Angan-angan merupakan jalan yang paling gampang untuk dimasuki nafsu. Banyak yang memiliki pembelaan kalau tidak mempunyai angan-angan bagaimana bisa untuk punya motivasi hidup. Perhatikanlah terkadang anganmu membuat kamu kehilangan banyak waktu kearena terlalu banyak memikirkan sesuatu yang belum pasti.

Berprasangka baiklah pada dirimu sendiri, Berprasangka baik juga pada Allah yang pasti akan memberikan yang terbaik bagimu. Buanglah angan-angan kenikmatan, lebih baik hidup dengan memikirkan kalau mungkin satu menit lagi akan mati, sehingga hidup akan selalu dipenuhi amalan baik. Akan lebih baik kita berdoa memohon keselamatan dari siksa neraka daripada berdoa memohon kesenangan terhadap orang yang kita sayangi atau memohon rizki. Karna apa yang kita minta belum tentu itu baik bagi kita.

Kita mulai dengan bengan derserah diri kepada Allah (tawakkal). Menyerahkan segala urusan kepada Allah dan yakin terhadap janji-Nya. Yakin jika rezeki kita tidak akan dimakan orang lain, sehingga tidak terlalu sibuk dan rakus terhadapnya. Mengerti jika amalannya tidak perlu diketahui oleh orang lain, lalu tidak menyibukkan diri dengannya. Kematian akan datang tiba-tiba, sehingga harus bersiap menyambutnya. Dan Allah senantiasa memandang-Nya dalam segala keadaan.

"Barangsiapa bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." (Ath-Thalaq: 3)

Selanjutnya kita mesti memahami lebih dalam tentang syukur. Kebanyakan orang bersyukur hanya jika telah merasakan nikmat-Nya saja. Itupun sebatas lisannya saja yang terucap. Seperti firman Allah,"dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih."(Saba': 13). Ini menandakan kalau masih kurangnya syukur dengan hati dan seluruh anggota badan, bukan hanya di lisan. Artinya, kita bersyukur dengan ketaatan dan kesetiaan terhadap-Nya, serta kesediaan hati untuk senantiasa menjaga dan menghindari hal-hal yang dilarang.

Masih sedikit sekali dari kita yang bersyukur diwujudkan melalui perbuatan kita sehari-hari dalam segala keadaan. Nabi Dawud as. berkata,"Wahai Tuhanku, bagaimana aku dapat bersyukur kepada-Mu sementara syukurku kepada-Mu adalah salah satu nikmat dari nikmat-Mu?" Kemudian Allah SWT memberikan wahyu kepadanya,"Kini, sungguh kamu telah bersyukur kepada-Ku." Ini berarti kita mesti melihat bahwa kita dapat bersyukur pun merupakan nikmat-Nya.

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (Ibrahim: 7)

Setelah syukur kita mesti bersabar. Sabar ibarat kepala pada badan bagi iman, menjadi cara pandang kita dalam menyikapi segala sesuatunya. Menjauhkan diri dari melanggar larangan-larangan agama, bersikap tenang ketika bencana datang menggoyahkan iman, serta menampakkan rasa kaya ketika dirinya ditimpa kefakiran merupakan hakikat sabar. Sabar itu selalu berprasangka baik terhadap segala keburukan yang terjadi kepada diri kita, entah kesusahan, sakit, maupun kefakiran. Dan selalu memandang hal tersebut suatu cara Allah untuk menghapus dosa kita setelah kesabaran yang kita lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun