Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dr. Christyaji: Kenali, Lalu Cintailah!

16 April 2020   16:23 Diperbarui: 16 April 2020   16:25 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contohnya, semoga Allah melancarkan tugas kita atau semoga Allah memberi rahmat untuk mempertemukan kita kembali. Dari dua contoh tersebut, apabila dicermati lebih dalam, Allah sudah bukan lagi menjadi pelaku utama, atau setidaknya menjadi lawan merintih secara langsung dalam doa.

Yang menjadi masalah di Indonesia adalah kemampuan kita untuk menerapkan apa yang kita tulis. Br. Chris juga menyampaikan bahwa dalam forum diskusi atau penyusunan wacana, Indonesia tidak terkalahkan, hanya saja kenapa hasilnya tidak dibaca lalu diterapkan?

Bencana ini sendiri merupakan sebuah siklus atau terprediksi. Setidaknya, dalam bagan yang dipaparkan oleh Dr. Chris terdapat 4 fase, yakni kesiapsiagaan, pencegahan/mitigasi, tanggap darurat, pemulihan. 

Dalam fase kesiapsiagaan, sangat jelas jika dilihat dari data bahwa tidak kesiapan sama sekali. Lalu, tidak ada pula keseragaman langkah karena penggunaan istilah-istilah seringkali tidak tepat. Padahal, andaikata kita mampu bergerak mencari sumber masalah semakin ke hulu, mungkin saja resiko jatuhnya korban bisa diminimalisir.

Fase kesiapsiagaan hingga fase mitigasi ini menurut Dr. Chris masih belum ada kepeduliaan, karena menurut beliau apa yang dilakukan tidak fotoable/instagrammable. Tidak bisa sebagai ruang aspirasi diri untuk dapat menunjang eksistensi diri. Sehingga apa yang terjadi saat ini merupakan bukti, jika sudah memasuki fase tanggap darurat, jika semuanya bergerak. Itupun, social ataupun physical distancing tidak bisa diterapkan dengan baik oleh pihak-pihak yang seharusnya menjadi contoh.

Jika semua ikhtiar dan usaha telah dilakukan, baru langkah yang tepat untuk melafadzkan "Hasbunallah" menurut Dr. Chris. Menurut beliau sangat impossible kita menghilangkan resiko (Coronavirus), kita bukan Tuhan. Saran usaha dari Dokter Chris pun tetap sama, usaha kita tidak membunuh, tapi mencintai. 

Karena tidak mudah bagi diri kita untuk sakit, kecuali virus itu ganas, jumlah yang cukup, tubuh welcome atau sedang dalam keadaan yang rentan atau memiliki riwayat penyakit, dan faktor lingkungan.

Hal terakhir yang paling rasional dilakukan adalah fokus pada masalah kerentanan diri, baik secara fisik maupun mental. Secara fisik, bisa dilakukan dengan berolahraga diimbangi dengan makan-makanan bergizi. Sedangkan secara mental, "silahkan bermaiyah kalau saya." Ucap beliau sambil menunjukkan senyum kegembiraannya. Yang sangat khas dalam suasana bermaiyah.

Terus Mencari Ilmu, Terus Sinau Bareng

Setelah cukup panjang menjelaskan begitu banyak ilmu mengenai Covid-19 beserta masalahnya, sesi tanya jawab pun dibuka. Beberapa jamaah yang mengikuti pembelajaran secara langsung mengajukan pertanyaan kepada Dr. Chris. 

Diantaranya, yang pertama dari Mas Arip, mengenai cara untuk mengatasi kepanikan yang sudah terlanjur terbangun di mindset masyarakat? Singkat jawab dari penjabaran  Dr. Chris, adalah beliau merasa bersyukur, kenapa? Karena di maiyah beliau dapat belajar ilmu komunikasi, tentang menyusun kalimat perintah yang tepat, ataupun anjuran untuk sering menggunakan akal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun