Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Malangnya Nasib Ibu, Punya Anak "Aku"

24 Desember 2019   15:39 Diperbarui: 24 Desember 2019   15:46 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampai sekarang, anakmu justru semakin membuat malang nasib ibu. Aku pintar mencari keuntungan, tapi menutup mata terhadap keegoisan. Aku mahir mencari perhatian, disaat sebenarnya aku hanya butuh pengakuan. Aku gesit merayu Tuhan, terlebih jika ada kepentingan. Aku menyatakan perang terhadap setan, tapi diam-diam aku bersekongkol demi kejayaan fana.

"Ibu, aku merindumu tanpa kata..."

"Aku mencintamu tanpa tatap..."

"Aku menyayangimu tanpa sapa..."

"Tuhan, jika aku membuat malang nasib ibuku, bolehkah aku menawar nasib kehidupanku dan menggantinya dengan kebahagiaan ibuku disana?"

Anak-anakmu kini semakin tidak tahu diri, menyangga zaman yang dikira sebagai kemajuan justru semakin membalikkan keseimbangan. Ibu Bumi yang semakin renta yang semestinya bisa dijaga seksama, justru dimanfaatkan semaksimal mungkin demi yang namanya kesejahteraan rakyat, yang  nyatanya hanya menyejahterakan segelintir penguasa.

Ibu. ibu semakin renta, jika aku membuat malang nasib ibu. Berilah kesempatan bagiku untuk mengasuhnya, ijinkan aku melaksanakan kewajibanku kepada yang melahirkanku, yang menjadi tempat tinggal dan berteduhku dari gelapnya hujan, yang menjadi sandaranku dari kejam dan teganya persaingan di dunia. Kulitmu yang mengeriput menjadi tanda perjuanganmu, jauhnya perjalanan yang telah kau tempuh, tangguhnya perjuanganmu melawan penghidupan.

"Tuhan, jika hanya gelisah yang dirasa ibu karena diamku, masih pantaskah aku mencintanya?"

jikalau ibu memang masih kesepian, ternyata itu memang karenaku, yang membuat malang nasib para ibu-ibuku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun