Mohon tunggu...
Taufan Rheo
Taufan Rheo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Penguasa Kampus yang Gemar Curi Garis Start

28 Agustus 2018   04:05 Diperbarui: 28 Agustus 2018   04:29 1576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa ospek semestinya menjadi ajang yang menyenangkan dan pengalaman yang tak terlupakan bagi mahasiswa baru dimanapun berada. Namun di UIN Jakarta, ospek menjadi ajang pertunjukkan politis para penguasa kampus demi berebut mahasiswa baru agar menjadi pengikut abang-abang seniornya.

Ospek yang tahun ini disebut atau Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK) contohnya. Menjadi ajang maba dikelabui dengan embel-embel organisasi ekstra mereka.

Seiring berjalannya waktu PBAK dari tahun ke tahun "pengelabuan" mereka menjadi tak menarik lagi. Entah bagaimana cara yang mereka lalukan tak sehalus senior-seniornya dahulu. Enam tahun silam saya masih ingat persis nyanyian yang saya nyanyikan memang betul yel-yel atau lagu-lagu organisasi mereka. Hanya saja liriknya diganti sedikit untuk menyesuaikan momen ospek ini.

Tapi yang saya lihat tahun ini sungguh berbeda. Mereka dengan gamblangnya menunjukkan kepada seluruh mata telanjang mahasiswa baru identitas asli mereka. Terpampang jelas di beberapa sudut lembaran banner hijau hitam mewarnai sekeliling mahasiswa baru. Ini salah satunya.

Sebagai penguasa kampus yang sudah bertahan bertahun-tahun di puncak tertinggi eksekutif intra UIN Jakarta, mereka sebegitu tak mau bersabar memulai garis start dengan organisasi-organisasi mahasiswa yang lain. Heran, sebenarnya apa yang mereka cari.

Saya mengamati perkembangan organisasi ini semenjak saya menjadi mahasiswa baru enam tahun yang lalu, kuantitas mereka begitu besar bahkan di ranah fakultas mereka menguasai hampir 7 fakultas dari 12 fakultas yang tersedia di UIN Jakarta. Lantas apa gerangan yang membuat mereka bergerak sedini ini? Entahlah.

Mungkin perkiraan saya salah selama ini, bisa jadi para petinggi mereka menyadari ada realitas penyusutan kader dari tahun ke tahun. Yang membuat mereka akhirnya tidak berpikir jernih dengan memilih tindakan mencuri garis start ini.

Tindakan ini menurut saya justru blunder. Merekan hanya membuat mahasiswa baru menjadi prematur. Tahu sebelum waktunya. Kenal dengan tergesa-gesa. Ibarat seks mungkin ejakulasi dini. Jika saya menjadi mahasiswa baru saat ini, 100% saya mungkin akan menghindari golongan hijau hitam ini. Saya tidak mau menjadi mahasiswa baru yang politis.

Kampus UIN Jakarta memang kampus yang membentuk mahasiswanya aktif dalam dinamika politik yang baik. Saya akui UIN Jakarta terbaik soal ini. Sekarang hanya soal mahasiswanya "bermain" fair atau tidak fair dalam wadah yang dibentuk oleh kampus ini. Jika sudah terbukti tidak fair, sebaiknya mahasiswa baru mengerti apa yang seharusnya dilakukan. Salam hijau hitam.

-Penggemar Nurcholish Madjid-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun