Mohon tunggu...
Tatiek R. Anwar
Tatiek R. Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Perajut aksara

Penulis novel Bukan Pelaminan Rasa dan Sebiru Rindu serta belasan antologi, 2 antologi cernak, 3 antologi puisi. Menulis adalah salah satu cara efektif dalam mengajak pada kebaikan tanpa harus menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Asa yang Terenggut

30 Desember 2021   14:05 Diperbarui: 30 Desember 2021   15:31 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: today.line.me

Awal Juni 2020, new normal mulai diberlakukan. Wanita yang sehari-hari berhijab itu melakukan ikhtiar lain, ia menawarkan makanan olahannya door to door  dan tetap menawarkan hasil olahannya kepada para pelanggan. 

Wanita penyabar itu, menjalani takdirnya dengan senang dan ikhlas. Ia yakin, Allah sudah menjamin rejeki hamba-Nya. Terbukti hingga kini, ia bisa menjalani kehidupannya dan menyekolahkan ketiga putra-putrinya.

***

Matahari bersinar terik, memamerkan kekuasaannya pada bumi. Namun, hal itu tidak menghalangi langkah Ratih menjemput rejeki. Ketiga anaknya adalah energi terbesar yang selalu menyulut semangatnya. Hingga ketika lelah mendera, ia mengabaikannya. Anak-anak bergantung padanya, masa depan mereka masih panjang.

"Dina, tolong ambilkan air dingin ya, Nak. Ibu haus banget," pinta Ratih begitu ia mendudukkan dirinya di kursi tamu yang sudah kusam. Sejak sang suami wafat, belum pernah ada perabotan yang diganti, malah beberapa sudah dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ia bersyukur sudah memiliki rumah sehingga tidak perlu mengontrak.

Dina datang membawa segelas air dingin. "Ibu mukanya merah banget," ucap putrinya yang sudah bisa menjaga adik ketika ibunya berjualan.

"Iya, Din, ibu nggak kuat rasanya. Cuacanya panas banget."

"Ya udah, ibu mandi aja, abis itu ibu istirahat," saran bocah yang mandiri karena keadaan yang menempanya.

"Mas Hadi mana, Din?" tanya Ratih ketika tidak mendapati sulungnya.

"Tadi keluar, Bu. Katanya mau beli kertas karton buat tugas."

"Nanti kalau pulang, minta Mas Hadi beliin paracetamol buat ibu, ya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun