Mohon tunggu...
Tatiek R. Anwar
Tatiek R. Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Perajut aksara

Penulis novel Bukan Pelaminan Rasa dan Sebiru Rindu serta belasan antologi, 2 antologi cernak, 3 antologi puisi. Menulis adalah salah satu cara efektif dalam mengajak pada kebaikan tanpa harus menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bocah Kecil Penjual Balon

28 Desember 2021   11:40 Diperbarui: 28 Desember 2021   12:14 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bocah penjual balon, dokumen Muhammad Raflee, kendarinesia

Bocah Kecil Penjual Balon

Oleh: Tatiek R. Anwar

Piringan mentari tlah masuk di bawah horizon
Terik sang surya terganti sejuk
Bayangan memanjang
Penanda bergantinya masa

Ramai insan bersicepat membelah jalan
Sebagian mengurai penat di kursi nyaman cafe
Beberapa orang sibuk memenuhi hasrat belanja
Pun tak sedikit berjibaku mengangkut barang tuk penuhi kulkas

Namun tak demikian dengan dua bocah di area parkir supermarket
Kerinduan pada dunia bermain
Tak menyurutkan ingin mereka membantu sang ibu
Yang berjuang selepas perpisahan dengan sang imam

Wahyu, bocah kecil itu, mengeja kerasnya hidup
Bertahan menjajakan masker di siang hari
Menawarkan balon atau bantuan membawa barang belanjaan, ketika sang surya tergelincir

Tak ada keluh dari bibir mungilnya
Lelah pun tak mengurangi tekadnya
Senang hati ia jalani hidup
Menegakkan tulang agar dapat menjalani perannya
Menjemput karunia Sang Pemberi Rizki
Mengasuh Putra, adik yang menjadi tanggung jawabnya

Satu hal yang membuat takjub
Kesulitan hidup tak membuatnya surut merenda masa depan
Menduduki bangku sekolah dasar
Meniti jalan Rabbul 'Izzati dengan mentartil kalam-Nya

Belajar baginya bukan masalah tempat dan waktu yang tepat
Ke manapun ia singgah, buku rangkaian huruf hijaiyah itu selalu menyertai
Bocah kecil itu paham
Esensi penciptaan dirinya
Tunduk patuh pada Sang Mahakuasa

Wahyu, bocah kecil penjual balon
Potret insan yang tak melupa jati diri
Sedang kebanyakan manusia berdalih sibuk
Mendatangi Ilahi di sisa waktu dan tubuh penat
Adakah kita malu?

Tangsel, 28 Desember 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun