Efek Domino Jalan Kaki, Naik Transportasi Publik dan Pembayaran Cashless bagi Keberlanjutan Lingkungan

Naik kendaraan umum ini menjadi gaya hidup baru yang ingin saya giatkan. Walau terhitung sebentar, saya sudah punya banyak koleksi foto saat naik transportasi publik. Nih saya unggah!

Nb. Seluruh foto ini adalah milik pribadi, diambil dengan kamera handphone penulis

Ketika di Solo: naik bus ke Mangkunegaran (kiri), dari St. Balapan ke Pasar Antik naik bus Koridor 6 (tengah), otw Bandara Adi Sumarmo (kanan) | Dokpri

Saat menunggu bus Trans Jateng di Halte Giriwono, Wonogiri dan bus melintas dari arah Solo | Dokpri

Menunggu bus DAMRI di bus shelter Bandara Soekarno Hatta Terminal 2, dekat dengan Gate 2F | Dokpri

Naik kereta ke Bandara Soetta penuh effort. Dari Blok M naik MRT turun di Dukuh Atas, lalu jalan kaki ke Stasiun BNI City dan menunggu kereta bandara | Dokpri

Hanya dengan 7 ribu, bebas macet naik kereta dari bandara Adi Soemarmo ke St. Balapan | Dokpri

Hari Sabtu naik KRL dari Solo ke Jogja: siap-siap berdiri sepanjang perjalanan | Dokpri

Teman bus koridor Barat Timur Surabaya di desain semirip mungkin dengan Suraboyo Bus | Dokpri

Naik kereta api lebih produktif: tinggal duduk bisa baca buku | Dokpri

Transportasi publik seringkali dikaitkan dengan penurunan emisi kota. Penelitian di Jurnal Sustainability 2022 memaparkan fakta bahwa pengembangan transportasi umum dapat mengurangi emisi CO2. 

Penelitian dengan study case 30 provinsi di Cina itu menguatkan fakta bahwa pengadaan angkutan umum dapat berkontribusi menurunkan emisi sekitar 4,22%. Bahkan, United Nation juga menyatakan adanya penurunan emisi dengan naik transportasi umum.