Mohon tunggu...
Taslim Buldani
Taslim Buldani Mohon Tunggu... Administrasi - Pustakawan di Hiswara Bunjamin Tandjung

Riang Gembira Penuh Suka Cita

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Ikut Bangun Ekonomi Digital dengan Diet Uang Kartal

22 Juli 2020   11:47 Diperbarui: 22 Juli 2020   12:08 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar: kreditpintar.com)

Ada yang tak biasa pada laman Kompasiana. Tombol kuning keemasan fitur Premium muncul di bagian header. Saat diklik muncullah tawaran fasilitas Kompasiana Premium. 

Tertarik dengan tawaran sederet fasilita berupa bebas iklan, draft tak terbatas, fitur pratinjau, akses lebih cepat, dan fitur jadwal penayangan - saya pun memutuskan untuk mendaftar. Caranya pun mudah. Tinggal pilih paket yang sesuai, pilih metode pembayaran, dan lakukan pembayaran. Dalam sesaat fasilitas layanan premium Kompasiana langsung bisa dinikmati.

Kali ini Saya memilih metode pembayaran dengan QR Code. Caranya yang simpel adalah alasannya. Tinggal buka aplikasi dompet elektronik (e-wallet) di smartphone, pindai QR Code, akhiri dengan klik tombol persetujuan atas nominal pembayaran - dalam hitungan detik transaksi terlaksana.

Bayar Bakso dengan QRCode (Foto: CNNIndonesia)
Bayar Bakso dengan QRCode (Foto: CNNIndonesia)
Praktis, cepat dan aman adalah alasan utama orang menggandrungi transaksi pembayaran non tunai. Tak heran jika sistem pembayaran non tunai khususnya berbasis QR Code menjamur dimana-mana. Tak terkecuali pada pedagang kaki lima.

Tak cuma pembeli, pedagang pun dimudahkan. Yang pasti, pedagang tak perlu pusing menyediakan uang kembalian.

Tapi dibalik alasan praktis, cepat, dan aman, ada faedah lain yang didapatkan dari kebiasaan melakukan transaksi non tunai. Pertama, transaksi non tunai berarti turut membantu negara menghemat anggaran pencetakan uang kartal. 

Kedua, membatasi penggunaan uang kartal alias diet uang kartal adalah cara lain untuk berpartisipasi dalam program pemerintah membangun ekosistem ekonomi digital. 

Hemat Anggaran

Pembuatan uang kartal membutuhkan biaya tidak sedikit. Mengutip pejabat Bank Indonesia sebagaimana dimuat Detik, biaya pencetakan uang kartal selama satu tahun dianggarkan sebesar Rp 3.5 Triliun (4/2/2015).

Mahalnya biaya disebabkan bahan bakunya menggunakan kertas khusus impor. Selain itu dipengaruhi juga oleh teknologi unsur pengaman, kerumitan desain, dan proses cetak yang membutuhkan tingkat keakuratan tinggi

Rutin mencetak, rutin pula Bank Indonesia memusnahkan uang. Mengacu pada PBI Nomor 22/1/PBI/2020, jumlah nominal uang Rupiah yang dimusnahkan tahun 2019 mencapai Rp 205 Triliun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun