Mohon tunggu...
Taslim Buldani
Taslim Buldani Mohon Tunggu... Administrasi - Pustakawan di Hiswara Bunjamin Tandjung

Riang Gembira Penuh Suka Cita

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Merawat Mata Air demi Mewujudkan Ketahanan Pangan dan Gizi

9 Agustus 2019   17:10 Diperbarui: 11 Agustus 2019   11:42 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mata air Citarum dan Cisanti, hulu Sungai Citarum (Foto: KOMPAS.com/Putra Prima Perdana)

Satu yang masyhur adalah cerita tentang tradisi Sanaga dalam merawat hutan yang berada di hulu sungai Ciwulan. 

Kampung Naga (Foto: Kompas.com)
Kampung Naga (Foto: Kompas.com)
Ada tiga jenis hutan di sini. Pertama, Hutan Biuk atau Leuweung Naga (hutan naga) yang tidak boleh dimasuki siapapun. Kedua, hutan di sisi Timur perkampungan yang hanya boleh dimasuki oleh tetua adat. Ketiga, hutan garapan yang dimanfaatkan masyarakat menanam pohon produktif seperti sengon, manglid, bambu, atau genitri (Trubus.com).

Jangan ditanya apa hukumnya menebang pohon di Hutan Biuk, sekedar menginjakkan kaki ke dalam hutan pun dilarang. Terkecuali atas seizin tetua adat karena keperluan mendesak. Mengambil tumbuhan obat misalnya. 

Jikapun ada pohon tumbang di kawasan Hutan Biuk, tak seorangpun diperkenanankan menjamahnya. Batang, dahan dan daun dibiarkan membusuk secara alami.

Pentingnya pohon bagi masyarakat Kampung Naga diwujudkan dalam tradisi menanam pohon setiap kelahiran anak. Pohon kelapa adalah yang paling umum di tanam karena banyak manfaatnya. 

Wajar saja jika di kampung ini tidak pernah mengalami kekeringan. Sumber mata air tetap terawat seiring upaya masyarakat melestarikan hutan dan lingkungan.

Keteguhan masyarakat dalam menjaga kelestarian alam dibalas sepadan oleh alam secara kontan!

Ketahanan Pangan dan Gizi

Sungai Ciwulan menjadi urat nadi masyarakat Kampung Naga. Sungai yang tak pernah kering sepanjang tahun ini dimanfaatkan untuk bercocok tanam dan memelihara ikan.

Di kampun ini tidak ada warga yang kelaparan. Dari hasil menggarap sawah mereka bisa memenuhi kebutuhan beras sepanjang tahun. 

Sanaga menumbuk Padi (Foto: beritagar.id)
Sanaga menumbuk Padi (Foto: beritagar.id)
Kualitas berasnya pun terjaga. Selain tidak menggunakan pupuk kimia dalam mengolah sawah atau memberantas hama, masyarakat masih menggunakan alu untuk mengupas kulit padi. Jadi beras yang dihasilkan adalah beras organik dengan kandungan gizi yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun