Mohon tunggu...
Taslim Buldani
Taslim Buldani Mohon Tunggu... Administrasi - Pustakawan di Hiswara Bunjamin Tandjung

Riang Gembira Penuh Suka Cita

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Langkah Gamang Menteri Lukman

22 Mei 2018   06:59 Diperbarui: 22 Mei 2018   07:42 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: kemenag.go.id

Kementerian Agama baru-baru ini mengeluarkan Daftar Nama Muballigh/Pencaramah Islam Indonesia. Daftar ini memuat 200 nama nama mubaligh berikut tingkat pendidikan dan bahasa yang dikuasainya.

Tak ada semacam preambul yang umum dijumpai dalam dokumen resmi yang dirilis lembaga negara. Tak ada juga stempel dan tanda tangan tertera disana sebagai penanggung jawab. 

Ketiadaan preambul membuat semua orang bertanya-tanya apa sebenarnya tujuan Kemenag merilis dokumen tersebut. Jika saja tak berkop surat, dokumen tersebut lebih pantas disebut surat kaleng.

Publikasi daftar 200 nama mubaligh dilakukan tak lama setelah peristiwa kerusuhan di Mako Brimob Depok dan teror bom Surabaya. Tak heran jika rilis ini terkesan sebagai respon Kemenag atas kedua peristiwa tersebut.

Polemik pun pecah. Masayarakat yang sejak awal terpolarisasi membuat polemik semakin panas. Terlebih nama-nama muballigh/ penceramah yang diidolakan masayarakat dari pendukung oposisi tak muncul dalam daftar.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengungkapkan pihaknya menerima banyak pertanyaan dari masyarakat terkait nama muballigh yang bisa mengisi kegiatan keagamaan mereka. 

"Selama ini, Kementerian Agama sering dimintai rekomendasi muballigh oleh masyarakat. Belakangan,  permintaan itu semakin meningkat, sehingga kami merasa perlu untuk merilis daftar nama muballigh," terang Lukman menjawab alasan dikeluarkannya daftar 200 muballigh tersebut.

Meski berdalih bahwa daftar bersifat dinamis dan bisa terus bertambah, banyak masyarakat terlanjur apriori. 

Masih segar dalam ingatan bagaimana tindakan persekusi oleh sekelompok masyarakat atas Ust. Abdul Soamd di Bali. Juga pembubaran pengajian Ust. Khalid Basalamah di Sidoarjo oleh GP Ansor.

Pasalnya isi ceramah kedua ustadz tersebut secara sepihak dinilai tak menjunjung tinggi semangat toleransi dan anti NKRI- jargon yang kerap diusung pendukung pemerintah. 

Sementara disisi lain, kedua ustadz tersebut merupakan idola para oposan. Video ceramahnya bertebaran di Youtube dengan jumlah viewer terbilang banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun