Â
    Pada usia 13-14 tahun, sikap hidup egosentrasi diganti dengan sikap zakelijk objektif dan empiris berdasarkan pengalaman berkembang jadi logis rasional. Emosionalitas anak semakin berkurang, unsur intelek dan akal budi (rasio, pikir) jadi semakin menonjol. Minat yang objektif terhadap dunia sekitar menjadi makin besar.[6]
Â
    Dari lingkungan keluarga yang sempit, anak sekarang merasuki lingkungan sekolah yang lebih luas, mempunyai kondisi dan situasi berbeda sekali dengan keluarga. Di sekolah nilai-nilai kebudayaan bangsa dan zamannya akan ditransmisikan pada diri anak. Dengan pengoperan hasil budaya, diharapkan agar anak bisa mempelajari produk-produk cultural bangsanya, kemudian mampu bertingkah laku sesuai dengan norma-norma etis dan norma sosial lingkungan sekolah.
Â
- Masa Pra Pubertas (pueral)Â
Â
    Pra Pubertas adalah saat-saat terjadinya kematangan seksual yang sesungguhnya, bersamaan dengan terjadinya perkembangan fisiologis yang berhubungan dengan kematangan kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang bermuara langsung di dalam saluran darah.
Â
- Masa Pubertas (Usia 14-18 Tahun)
Â
     Pada masa ini seorang anak tidak lagi hanya bersifat reaktif, tetapi juga anak mulai aktif mencapai kegiatan dalam rangka menemukan dirinya, serta mencari pedoman hidup, untuk bekal kehidupannya mendatang. Kegiatan tersebut dilakukannya penuh semangat menyala-nyala tetapi ia sendiri belum memahami akan hakikat dari sesuatu yang dicarinya itu. Sehingga Ch. Buhler pernah menggambarkan dengan ungkapan "Saya menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui akan sesuatu itu". Sehingga masa ini ada yang menyebutnya sebagai masa strumund drang (badai dan dorongan).
Â
- Masa Adolesen (Usia 18-21 Tahun)