Mohon tunggu...
HMJ Tadris Matematika UINMLG
HMJ Tadris Matematika UINMLG Mohon Tunggu... Guru - HMJ Tadris Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

https://tadrismatematika-uinmalang.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Apakah Ini Permintaan Terakhir?

25 Oktober 2020   09:00 Diperbarui: 25 Oktober 2020   09:08 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kia dan Dewi telah menggunakan kesempatannya untuk berkenalan dan menunggu teman baru mereka berikutnya. Tiba tiba mata kedua sahabat itu membulat karena terkejut melihat Ilham, laki laki yang mereka temui saat di perjalanan pulang dari pantai. Mereka terkejut ternyata dia siswa di SMA yang sama dengan mereka, sekaligus teman sekelas.

Di hari hari berikutnya tentu saja di sekolah baru mereka, jam olahraga yang sangat disukai Kia telah tiba. Kia yang notabennya merupakan siswa juara lomba lari dari SMP nya tentu saja hal ini telah melekat di jiwanya. Pak Rozi sebagai guru mapel ini, mengadakan tes awal sebagai pelajaran pertama mereka. Beliau menyuruh siswanya melakukan beberapa jenis olahraga ringan seperti lari, sit up, push up dan sit up. Tentu saja untuk lari akan dihitung seberapa kecepatan mereka. 

Semuanya mengikuti tes itu dan memberi hasil Kia adalah pelari tercepat untuk siswi sedangkan untuk siswa diraih oleh Ilham. Jam olahraga selesai, mereka harus mengganti seragam. Saat Kia dan Dewi mengganti seragam bersama, wajah Dewi samgat khawatir melihat Kia, “Kia hidung kamu ngeluarin darah, kamu kenapa Ki, pusing?”. 

Sambil Dewi mengelapkan tisu di hidungnya “ Nggak papa Wi, mungkin aku cuma lelah, kamu dulu juga pernah kan pas SMP kita jelajah pramuka, kamu kecapekan dan tiba tiba mimisan”. “Kok kamu masih ingat sih Ki. Tapi kamu serius nggak papa kan?”. Kia menjawabnya dengan anggukan kepala yang dihiasi senyum manisnya. 

Setelah berganti pakaian teman sekelas Kia mengabarkan bahwa pak Rozi memanggil Kia ke ruangannya. Tanpa menunggu lagi, Kia langsung menuju ruangan. Kia kaget di ruangan itu ada seorang perempuan dan 2 anak laki laki, yang salah satunya adalah Ilham. Pak Rozi langsung angkat bicara melihat kedatangan Kia, “Akhirnya kamu datang juga, jadi alasan bapak memanggil kalian bapak ingin merekomendasikan kalian, Ilham dan Kia dari kelas 10 IPA 1, serta Billa dari 10 IPS 1, juga Raffi 10 IPA 4 untuk mengikuti lomba lari estafet yang akan diadakan bulan depan. 

Apakah kalian bersedia mengikutinya?”. Tentu saja dari mereka menyetujuinya sehingga pak Rozi memerintahkan mereka berempat untuk melakukan latihan setiap pulang sekolah. Sepulang sekolahnya Kia memberi tau keluarganya, tentu saja keluarga mendukung upayanya meraih prestasi di sekolah barunya.

Setelah beberapa hari latihan bersama Kia dan Ilham semakin dekat sebagai teman meskipun sikap Ilham yang masih dingin. Mereka selalu pulang naik bis bersama. Hari itu mereka pulang bersama dan menuruni bis tiba tiba Kia merasa pusing ia pikir itu hanya kelelahan, namun sekali lagi darah keluar dari hidungnya. 

Melihat hal itu Ilham menjadi khawatir, “Eh kamu kenapa? Mau aku anterin ke rumah sakit?”. Dengan santai dan mengelapkan tisu dihidungnya ia menjawab tawaran Ilham, “Ah nggak usah Ham, ini tuh mungkin aku cuma kecapekan”. Mendengar jawaban Kia yang sekaligus menceritakan kejadian mimisan Dewi sebelumnya, ia langsung percaya dan membiarkannya pulang.

Hari demi hari mereka telah berlalu, lomba kejuaaraan lari estafet dua hari lagi akan tiba. Seperti biasa Kia harus latihan sepulang sekolah, tetapi karena hari itu adalah hari piketnya ia harus menyelesaikan tugasnya bersama Dewi dulu sebelum latihan. Lagi lagi Kia hampir terjatuh karena pusing, Dewi yang melihatnya langsung khawatir,”Ki, kamu kenapa? Kamu pusing ya? Loh hidungmu mimisan lagi Ki? Kamu serius nggak apa apa? Aku ijinin kamu ke pak Rozi ya nggak latihan dulu”. 

Kia langsung meraih tangan Dewi menghentikan langkahnya,”Nggak Wi aku nggak apa apa, aku baik baik aja”.”Kia kamu jangan gitu, nih bersihin darah dihidung kamu”. Kia langsung melaksanakan perintah Dewi,”Wi aku itu baik baik aja, percaya deh sama aku, kamu kenal kan aku tuh gimana, aku pengen buat sekolah baru kita ini bangga, aku dulu udah pernah ngecewain pas SMP aku nggak mau itu terulang”. “Tapi kan itu bukan salah kamu juga Ki, kamu waktu itu juga kecelakaan, toh pihak sekolah juga nggak merasa kecewa juga” Dewi meyakinkannya tentang kisah mereka masa lalu itu. “Tapi bagaimanapun juga aku mau latihan Wi, lihat aku nggak apa apa, aku masih bisa loncat loncat” Kia meloncat loncat didepan Dewi untuk meyakinkannya. “ Ya sudah kalo kamu maksa, tapi aku bakal ngguin kamu pas latihan, aku mau ijin mama dulu” Jawaban Dewi setelah Kia meyakinkannya.

 Namun Kia berusaha menolaknya “Apaan sih Wi aku bukan anak kamu deh pake ditungguin segala, mending kamu pulang aja”. “Nggak mau tahu, aku udah nurutin kamu yang masih mau latihan, dan sekarang kamu harus nurutin aku yang mau nungguin kamu latihan, titik” Dewi tetap memaksa sahabatnya, dan akhirnya Kia tak bisa berbuat apa apa dan membiarkan Dewi melihatnya berlatih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun