Dengan santainya salah satu temanku yang bernama Wahyu bilang
"Ini pak Winda," (sambil menunjuk kearahku)
Aku menepuk jidatku. Di saat ekspetasi tak sesuai realita aku pun tak berdaya.
"Ayo, ikut saya ke kator!" kata pak Farhan dengan nada tegas.
Aku hanya terdiam.
        Saat pak Farhan sudah meninggalkan kelasku, aku menangis ketakutan. Aku takut, karena aku merasa sangat bersalah. 15 menit setelah pak Farhan meninggalkan kelas, aku tetap tidak berani ke kantor. Akhirnya beberapa temanku meyakinkanku untuk menghilangkan rasa takutku untuk ke kantor. Setelah hatiku lumayan tenang, aku menuju kekantor ditemani teman sebangkuku, Risma. Sesampainya aku di depan kantor, aku melihat 2 temanku yang juga telat tadi. Dia sepertinnya diintrogasi sama Pak Farhan selaku guru tatib pada hari itu. Tak lama kemudian mereka keluar.
"He Winda..tadi dicari Pak Farhan," kata mereka
"Haduhh,,tadi didalam disuruh ngapain?,"
"Disuruh nulis dibuku poin win, mau nulis angka 5 rasanya berat sekali," kata salah satu dari mereka berdua.
"Gak dimara i a?" Tanyaku
"Enggak, cuma ditanyai kok bisa masuk padahal kan tadi disuruh pulang,"