Sementara itu, ketua umum partai sendiri banyak yang tidak mengerti dasar konstitusi, tidak paham fungsi parlemen, apalagi berpikir tentang pembangunan jangka panjang. Mereka hidup dari subsidi negara yang semestinya digunakan untuk subsidi rakyat miskin.
Rakyat Disuruh Sabar, Elit Disuruh Serakah
Setiap kali rakyat protes soal mahalnya harga kebutuhan pokok, mereka disuruh sabar. Tapi elite politik tidak pernah diajarkan sabar. Mereka minta naik dana bansos, naik tunjangan pejabat, dan sekarang... naik dana partai!
Padahal partai tidak pernah hadir saat rakyat menderita. Mereka hanya muncul saat kampanye. Lalu hilang saat rakyat kelaparan.
Ini demokrasi palsu.
Ini bukan suara rakyat, tapi suara elite yang haus jabatan.
Mereka Tidak Tahu Malu
Bagaimana bisa mereka menambah dana partai saat harga beras, minyak, telur, dan gula terus meroket?
Bagaimana bisa mereka tidur nyenyak di atas kasur empuk ruang kerja mewah saat rakyat tidur di lantai rumah berdinding triplek?
Apakah mereka tidak punya hati nurani?
Jawabannya sederhana:
Mereka tidak malu. Karena mereka tidak punya rasa takut lagi kepada rakyat.
Ganti Sistem, Bukan Tambah Dana