Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Direktur Konsultan Bisnis dan Politik

Menjalankan aktivitas sehari hari dengan berpangku pada Tuhan Yang Maha Esa.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Rakyat Indonesia Ibarat Keledai Bila Memilih Presiden dalam Rumpun Politik yang Sama

14 Februari 2024   07:56 Diperbarui: 14 Februari 2024   08:55 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Oleh : godfathers

Kalau ingin perubahan nasib rakyat Indonesia maka syaratnya rakyat dalam memilih presiden setiap waktu harus yang lebih berkualitas. Sehingga rakyat sebenarnya dalam tahapan hidupnya bukan sekedar memilih untuk sebatas kemenangan kelompoknya yang sering disebut kemenangan dalam politik.

Sebagaimana permainan game yang mempertaruhkan win dan game over pada setiap pemilu. Jika masih berorientasi pada tahapan tersebut maka rakyat Indonesia tergolong sebagai rakyat yang belum paham tanggung jawabnya dalam pemilu bahkan tergolong sebagai rakyat yang tidak paham bahwa hak hidup dan pembangunannya ada pada dirinya sendiri sebagai konsekuensi pemerintah dalam negara demokrasi.

Jika esensi yang dilakukan tidak mencapai substansi terhadap evaluasi pembangunannya maka rakyat Indonesia sama dengan merusak masa depannya sendiri. Ibaratnya orang berjalan tapi mundur ke belakang sebagai akibat salah petunjuk jalan karena tidak mampu berpikir tetapi tetap saja berjalan, mungkin saja dengan petunjuk politik sebatas menjalani pekerjaan tanpa berpikir.

Mohon bacaan ini dibaca dan dipahami secara cermat supaya pembaca memahami ruh pembangunan bangsa sebagai pembangunan rakyat sendiri dalam pemerintah sistem demokrasi yang kepemimpinan berasal dari rakyat untuk rakyat dan hanya untuk melayani rakyat tidak ada arah lain dalam cita-cita negara demokrasi.

Kenapa saya mengatakan bahwa pemilihan presiden adalah sebagai langkah selanjutnya dalam tahapan pembangunan rakyat?

Karena seharusnya rakyat bisa melakukan koreksi pada momentum pilpres maka memilih presiden juga sebagai hasil koreksi pembangunan dalam kepemimpinan rakyat untuk pembangunannya yang lebih baik sebagai hasil koreksinya pada kesempatan yang di temui dalam pemilu setiap lima tahun.

Jadi bukan soal menang dan kalah dalam memilih siapa atau kelompok siapa tetapi yang lebih penting bahwa apa yang terjadi kekurangan pada presiden yang lalu tidak diulang lagi oleh presiden yang dipilih untuk memimpin lima tahun yang akan datang.

Bila rakyat memilih presiden dengan kriteria yang sama dan tidak mampu menutupi kekurangan pada presiden sebelumnya maka rakyat Indonesia telah rugi atau merusak kesempatan yang diberikan oleh yang maha kuasa terutama waktu yang tidak akan pernah berulang kembali dan kesempatan mengkoreksi kepemimpinan sebelumnya yang sudah terbuka tetapi tidak dapat dilihat dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dimata rakyat untuk menjadikannya sebagai pelajaran berbangsa.

Nah, jika tidak bisa melakukan koreksi atas kepemimpinan, misal terjadi penentangan atas sikap mayoritas tetapi rakyat masih saja berorientasi pada kepemimpinan yang sama  maka apa bedanya rakyat dengan keledai yang selalu jatuh pada lubang yang sama.

Miminal bila mereka memilih kriteria yang berbeda dengan sebelumnya akan terbuka peluang terjadi perubahan, tetapi bila rakyat memilih dalam statis dengan memilih rumpun politik presiden sebelumnya maka rakyat hanya menikmati saja pilihannya sebagaimana yang sudah berlaku. Atau dengan kata lain rakyat Indonesia menikmati pembangunan bangsa yang statis atau bahasa rakyat menikmati kejatuhan pada lubang yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun