Mohon tunggu...
Taofik Hidayat
Taofik Hidayat Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Lagi-lagi Bulog yang Disuruh Importasi

9 November 2018   15:03 Diperbarui: 12 November 2018   08:25 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jagung (Sumber: detik.com)

Ketika polemik impor beras ramai dibicarakan, Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Budi Waseso berada di barisan yang sama dengan Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman, menentang kesepakatan impor beras. Meski sebenarnya, kedua pimpinan lembaga itu sudah sepakat untuk impor dalam rapat koordinasi di bawah pengawasan Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution.

Semangat anti impor beras itu, terus dikobarkan Budi -Buwas- Waseso. Ia berdalih, stok beras di gudang Bulog sudah melebihi kapasitas. Ia bilang, Indonesia tidak perlu lagi impor, bahkan Indonesia sudah bisa ekspor.

Saking berkobarnya semangat anti impor, Buwas menyebut para pejabat yang setuju impor beras sebagai pengkhianat bangsa.

Tapi belakangan, Buwas harus menjilat ludahnya sendiri. Karena ia sendiri yang menandatangani surat permohonan perpanjangan waktu impor beras kepada Kementerian Perdagangan.

Kini, dalam urusan jagung nasional, Buwas sepertinya harus menyalak keras lagi. Karena Bulog akan disuruh mengimpor 100 ribu ton jagung dari Argentina atau Brazil. Kali ini, permintaan impor jagung datang dari Mentan Amran Sulaiman yang butuh mengendalikan harga jagung di dalam negeri.

Setuju impor (meme editan pribadi dari beberapa sumber)
Setuju impor (meme editan pribadi dari beberapa sumber)
Memang di dunia ini, tidak ada kawan abadi. Melainkan hanya kepentingan yang abadi.

Bila sebelumnya Buwas dan Amran mencitrakan diri sebagai tokoh anti impor, kini Amran dan Buwas harus berseberangan. Buwas harus menerima kenyataan bahwa kawannya itu kini meminta bantuannya untuk mengimpor beras dari luar negeri.

Mungkin ke depannya, sebagai teman Buwas bisa mengingatkan Amran untuk tidak buru-buru mengekspor jagung atau mengklaim produksi dalam negeri surplus. Karena toh ujung-ujungnya, Bulog juga yang disuruh impor. Kalau pun ada kelebihan produksi, mungkin Buwas bisa mengingatkan Amran untuk rendah hati, tidak perlu pencitraan. Biarkan Bulog menyerap kelebihan produksi jagung itu. Sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan, Bulog bisa menyalurkan jagung agar harganya tidak melambung.

Dengan cara itu, setidaknya Buwas bisa terhindar dari stigma sebagai Dirut Bulog yang gemar impor.

Harapan kita semua, semoga Buwas tidak marah pada Amran. Semoga temannya itu tidak lantas disebut juga sebagai pengkhianat bangsa.

Sumber informasi: https://finance.detik.com

aku bukan pengkhianat (meme editan pribadi)
aku bukan pengkhianat (meme editan pribadi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun