Mohon tunggu...
Tania Tan
Tania Tan Mohon Tunggu... Mahasiswa - You can if you think you can.

Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Prodi Ilmu Komunikasi Angkatan 2019

Selanjutnya

Tutup

Film

Merepresentasikan Makna dan Budaya Melalui Film "The Kid From The Big Apple"!

5 Maret 2021   16:43 Diperbarui: 5 Maret 2021   17:05 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/ETuy2paeqGm4NpJ99

Halo Happy People, apa kabar? Semoga baik-baik saja ya.  Kali ini kita akan menilik makna pada film The Kid From The Big Apple. Sebelum membahas lebih jauh mengenai representasi film ini, saya ingin bertanya, Happy People sudah pernah belum nonton film ini? jika belum, tentunya saya merekomendasi untuk menonton,  karena film ini sangat menyentuh dan banyak sekali makna pelajaran yang dapat kita ambil serta pengetahuan kebudayaan, khususnya budaya masyarakat Tionghua, salah satu contohnya dalam mendidik anak.

Sangat menyenangkan ketika membahas sebuah makna. Karena setiap kehidupan yang kita jalani tentu selalu mempunyai sebuah makna yang dapat di petik. Begitu juga dalam sebuah film.

Hal yang paling mendasar dalam pembahasan ini adalah budaya, kita akan melihat representasi makna sebuah budaya, maka ada baiknya kita tahu terlebih dahulu apa sih definisi dari budaya? Ada banyak sekali definisi budaya dari beberapa ahli, namun kita hanya akan mengambil salah satunya.

Menurut Liputan 6 (2019), dalam E.B Taylor, Budaya sebagai definisi sesuatu yang kompleks yang mencakup pengetahuan kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lainnya yang didapatkan oleh manusia sebagai  anggota masyarakat. Dari definisi tersebut serta elemen-elemen yang ada di dalamnya, dapat kita lihat dalam sebuah film yang berjudul "The Kid From The Big Apple" ini. Ada banyak sekali bagian yang merepresentasikan elemen kepercayaan, moral, adat istiadat dan lainnya dalam film ini.

Film yang berjudul "The Kid From The Big Apple" mengisahkan tentang seorang anak yang bernama Sarah dengan kakeknya yang bernama Lim. Film ini menceritakan kisah yang terjadi di kalangan komunitas Tionghua yang ada di Malaysia.

Kisah ini dimulai ketika Sarah anak perempuan yang berusia 11 tahun dari New York yang pindah ke Malaysia untuk tinggal bersama kakek Lim, dikarenakan Ibu Sarah yaitu Sophia mengalami masalah di New York. Kakek Lim sebagaimana orang tua Tiongkok yang penuh dengan kesederhanaan dan tidak terlalu mengikuti perkembangan teknologi, ia memegang teguh tradisi yang bertolak belakang dengan Sarah yang datang dari New York. Jelas sekali, budaya Tionghua dengan budaya Barat sangat bertolak belakang.

Sarah sebagai seorang cucu dari kakek Lim, sangat sering dimarahi oleh sang kakek. Sikap Sarah selalu membuat kakek Lim kesal. Ia selalu menggunakan bahasa Inggris ketika berbicara dengan kakeknya, sehingga membuat kakeknya kesal dan bingung.

Namun, seiring berjalannya waktu, Sarah mulai akrab dengan kakek Lim dan berbicara menggunakan bahasa mandarin. Awalnya sang kakek mengira bahwa Sarah tidak bisa berbahasa mandarin, namun ketika ia mengetahuinya, ia berkata "Sophia berhasil dalam mendidik anaknya". Sebagai informasi, orang jaman dahulu khususnya orang tua Tionghua selalu mengajarkan anak-anak mereka berbahasa Tionghua atau Mandarin. Jika anaknya kelak tidak bisa berbahasa Tionghua atau Mandarin, orang tua dapat di anggap gagal dalam mendidik anaknya. Karena bahasa Tionghua atau Mandarin adalah symbol bahwa mereka adalah orang Chinese.

Sarah semakin tumbuh menjadi gadis cilik yang bijak. Hal ini terlihat ketika sarah menasehati sang kakek untuk belajar menggunakan Handphone. Sarah pernah berkata kepada kakeknya "Aku sebenarnya mau menemani kakek. Tapi, jika aku jauh dari ibu, aku juga merindukannya". Sadar akan kata-kata Sarah, sang kakek mulai belajar menggunakan Handphone, di ajari oleh seorang anak laki-laki yang bernama Bao, yang merupakan tetangga sang kakek.

Sarah yang mengetahui kakeknya sudah memiliki telefon genggam, segera meminta nomor kakek. Dia senang mengirimi sang kakek pesan singkat, seperti sekedar mengucapkan selamat tidur. Kakek pun tampak merasa puas dengan capaiannya dalam belajar menggunakan telefon genggam dan internet. Kata kakek sebelum tidur, "Belajar adalah proses tiada akhir. Kita akan tersingkir jika tidak belajar".

Suatu hari Sarah merindukan ibunya. Ketika ia merindukan ibunya, ia selalu menyanyikan lagu tentang bintang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun