Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Membaca Margono Djojohadikusumo: Trahing Kusuma Rembesing Madu

18 Oktober 2025   02:21 Diperbarui: 20 Oktober 2025   18:41 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Desa Dawuhan -Banyumas (sumber Banyumas.Indonesiasatu.co.id)

Ia pelanggan setia harian De Express tanpa menjadi anggota partai besutan Dowes Dekker. Margono menyebutnya sebagai Perang Pena. Hingga pada kongres Kebudayaan Jawa di Solo tahun 1918, ia mengaku untuk kali pertama mendengar pidato RM Tjipto Mangunkusumo di hadapan publik.

Dari Cilacap, Margono sempat mengikuti latihan menjadi pejabat volkscredietwezen di Purworejo.

Melalui perkenalannya dengan RMA Kusumo Yudo, Margono seolah mendapat guru hingga anak bangsa yang berproses di Banyumas itu kemudian mampu melintas Benua berlayar menuju Eropa setelah sebelumnya sempat menjejak peran di tanah pendekar- Madiun sebagai Pejabat Bumiputra (1926)

Babak baru kehidupan Margono Djojohadikusumo kian membentang. Dari pernikahannya dengan Siti Katoemi lahir Soemitro Djojohadikusomo yang kelak di kemudian hari menjadi penerus rekam rejak perekenomian yang sudah dia bangun untuk bangsa dan negara Indonesia tercinta.

Soemitro anak pertama yang lahir di Kebumen pada tahun 1917. Soemitro kecil menjadi saksi perpindahan ruang gerak ayahnya dari karasidenan Banyumas ke Madiun. Hingga peran ekonomi -perbankan dari Margono terus bertumbuh ke tingkat nasional.

Zaman berganti dari kebangkitan nasional hingga perang kemerdekaan. Margono tetap teguh berjuang di jalur ekonomi dari lingkup lokal-regional namun terus memperkuat posisi gerakan Nasionalisme ekonomi kerakyatan.

Puncaknya sesaat setelah kemerdekaan RI. Margono yang sudah kenyang makan asam garam perekonomian hadir sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) saat sidang kabinet pertama RI yang menjadi penasihat Soekarno-Hatta selaku Presiden dan Wakil Presiden RI yang pertama.

Peran Margono di DPA tidaklah lama, oleh sebab ia ditugasi untuk membina Bank Negara milik Republik . Ia mengemban tugas itu karena rekam jejaknya yang lama bekerja sebagai pamong praja di lembaga perkreditan rakyat Hindia Belanda (1919- 1942). 

Jejak Sejarah Bank Negara Indonesia 46 di kawasan Nol Kilometer Yogyakarta (Dok.Pri)
Jejak Sejarah Bank Negara Indonesia 46 di kawasan Nol Kilometer Yogyakarta (Dok.Pri)

Soerat Koeasa tertanggal 16 September 1945 yang menunjuk R.M Margono Djojohadikusumo menjadi tonggak sejarah pendirian Bank Negara Indonesia. Bala bantuan yang mendukung Margono dalam penggalangan modal awal melalui pembentukan yayasan.

Bahkan uang modal senilai 100 Rupiah Jepang tak tanggung-tanggung diambilnya dari uang keperluan rumah tangganya. Margono tak pernah pelit untuk urusan keluarga terlebih untuk kepentingan negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun