Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Membaca Margono Djojohadikusumo: Trahing Kusuma Rembesing Madu

18 Oktober 2025   02:21 Diperbarui: 20 Oktober 2025   18:41 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Desa Dawuhan -Banyumas (sumber Banyumas.Indonesiasatu.co.id)

131 tahun yang lalu lahir seorang ekonom sekaligus pendiri BNI 1946 sebagai bank sentral pertama pasca kemerdekaan RI melalui serangkaian proses yang out of the box. Meski terlahir sebagai kalangan priyayi, Margono tumbuh menjadi pribadi yang ramah lagi rendah hati.

Saksi Lilitan Hutang Rentenir dan Tidak Pelit Terhadap Keluarga hingga Negara

Margono kecil banyak mengenyam asam garam kehidupan. RM. Hendrakusumo - Ayah dari Margono - Kakek Buyut Prabowo dikisahkan bukanlah sosok yang kaya. Ia hanyalah mandor irigasi hingga menjadi asisten wedana (pegawai kecamatan).

Kekerabatan dalam keluarga besarnya menjadi kaca benggala kehidupan bagi Margono kecil. Bahwa tanggung jawab Ayahnya dalam menghidupi keluarga besar bahkan mencapai 40 orang. Hingga Sang Ayah terlilit hutang rentenir.

Dan Margono kecil bukanlah anak yang berpakaian bagus saat sekolah di Eurepese Lagere School Banyumas . Itu semua dijabarkan dalam Memoar yang ditulis oleh Margono yang ditulis dalam bahasa belanda tahun 1951.

Jiwa dan mental Margono sudah ditempa sejak kecil. Pada usia 13 tahun (akhir 1907), ia melanjutkan pendidikan ke Magelang di OSVIA (Opleidingsschool voor Inlandsche Ambtenaren).

Untuk sementara waktu ia meninggalkan Banyumas dan masuk sekolah yang mendidik calon pegawai pribumi untuk pekerjaan administrasi kolonial Belanda.

Empat tahun kemudian ia bekerja sebagai pembantu juru tulis Dinas Pamong Praja hingga wafatnya Ibunda (1912) yang disusul kemudian Sang Ayah.

Setahun setelah menjadi pembantu juru tulis di Banyumas, Margono pindah ke Cilacap menjadi juru tulis di Kantor kejaksaan.

Tak sebatas itu, ia bahkan merambah ke dunia kerja di bidang ekonomi kerakyatan dengan menjalani kerja volkscredietwezen/perkreditan hingga jawatan koperasi. Semua itu Margono lakukan karena tanggung jawab untuk menopang kehidupan keluarga besarnya.

Margono memang tidak tercatat dalam arus besar bergerakan nasional sekelas Budi Utama, Namun Margono mengikuti rentetan peristiwa hingga pergulatan pemikiran kebangsaan melalui langganan surat kabar dengan menyisihkan sebagian gajinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun