Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dari Memilah Sampah, Mengolah Makanan Sisa Hingga Mengurangi Baju Disetrika, Ternyata Bisa Mendukung Net Zero Emission

24 Oktober 2021   23:59 Diperbarui: 25 Oktober 2021   00:29 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.pri memilah sampah plastik

Net-Zero Emission (NZE) itu apa ya? Sebagai ibu rumah tangga yang awam dengan istilah yang terkesan jauh  dari aktifitas sehari-hari,  saya sempat menyergit. Namun siapa sangka, upaya mengurangi dampak negatif limbah karbon terhadap lingkungan ini justru diawali dari lingkup terkecil, individu kemudian keluarga sebagai zona penghasil limbah rumah tangga.

Istilah NZE atau dalam alih bahasa disebut dengan istilah Nol Bersih Emisi sebenarnya sudah  menjadi kesepakatan bersama dalam Konferensi Tingkat Tinggi Iklim di Paris tahun 2015.  Duh, tapi kenapa istilah ini seolah begitu ekslusif di kalangan tertentu saja ya?! Padahal bicara tentang limbah Karbondioksida (C02), keluarga atau rumah tangga adalah ujung tombak yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam memeranginya. Andai bisa lebih inklusif menyasar ibu rumah tangga dan generasi muda, pastinya jauh lebih mengena.

Jauh sebelum muncul istilah  Net-Zero Emmision (NZE), kita pasti sudah tidak asing dengan istilah efek rumah kaca bukan? Nah, NZE ini masih tidak jauh dari pembahasan seputar perubahan iklim dan kerusakan lingkungan akibat dari limbah karbondioksida yang mengancam kelestarian lingkungan.

Ruang lingkup NZE tidak saja menyoal polusi udara yang menyangkut kerusakan ozon, namun juga upaya untuk meningkatkan peran energi terbarukan yang menjadi alternatif dari penggunakan energi fosil (Batubara, minyak bumi dll) yang selama ini turut menyumbang limbah karbon dioksida yang cukup signifikan.

Lantas sebagai individu dan bagian dari  keluarga,  apa sih yang bisa kita lakukan agar capaian zero Net emission bisa sesuai target perencanaan pada tahun 2050?. Berikut ini  aktifitas sederhana dalam keluarga ala saya yang ternyata turut mendukung terciptanya Nol Bersih Emisi lho.

Memilah Sampah

dok.pri
dok.pri

Sudah hampir dua tahun saya merasakan asyiknya aktifitas memilah sampah plastik. Sederhana saja, memisahkan aneka botol plastik hingga mendaur ulang untuk digunakan sebagai tempat media tanam. Ya, sampah plastik masih menjadi momok bagi pencemaran bumi. Jenis-jenis kemasan plastik tersebut tidak mudah terurai manakala tertimbun tanah dalam kisaran waktu puluhan tahun. Akibatnya resapan tanah menjadi tidak maksimal saat menampung debit air hujan. 

Bagi sektor pertanian, endapan sampah plastik dalam tanah jelas akan mengganggu keseimbangan humus dan kesuburan tanah. Jelas, akan sangat berpengaruh pada produktifitas lahan.Begitupun saat sampah plastik mencemari perairan baik itu laut, sungai, danau. Perlahan tapi pasti pencemaran bahan plastik akan membahayakan habitat yang ada didalamnya.

 Abrasi dan Erosi acapkali terjadi  disebabkan sampah plastik yang sulit terurai. Terlebih saat sampah plastik tersebut mengandung bahan kimia berbahaya lainnya. Jelas emisi karbon mengancam ekosistem alam disekitar kita.

Dari gambaran itulah, saya kemudian bergabung menjadi nasabah bank sampah. Setidaknya mencoba berdamai dengan sampah plastik. Jika memang belum bisa 100% mengurangi limbah plastik dalam kehisupan sehari-hari, setidaknya saya telah mencoba merubah mata rantai pembuangan sampah plastik agar bisa kembali didaur ulang penggunanaanya.

 Selain peduli dengan kondisi keseimbangan lingkungan, memilah sampah plastik ini juga mendatangkan manfaat sosial, ekonomi dan budaya bagi lingkungan sekitar.  Sepertinya halnya bisa belajar membuat pupuk kompos, berlatih menyemai bibit tanaman, hingga mengenal aneka jenis tanaman berkhasiat.

 Mengolah Makanan Sisa

dok;pri
dok;pri

 Selama berkeluarga, hal yang membuat saya merasa bersalah salah satunya adalah ketika membuang makanan. Ada beberapa penyebab makanan tersebut terbuang begitu saja antara lain karena jumlahnya yang berlebihan. Istilah mubdzir, sebisa mungkin dihindari. Membeli bahan makanan atau makanan seperlunya saja menjadi cara. Maaf bukannya pelit, namun tidak berlebihan dalam mengkonsumsi makanan selain bagus untuk kesehatan ternyata juga menjadi salah satu cara sederhana kita dalam menekan laju limbah karbon yang berasal dari makanan sisa.

 Kita pasti pernah merasakan betapa tersiksanya ketika melintas di kawasan tempat pembuangan akhir sampah atau bahkan ketika melewati truk pengangkut sampah? Bau menyengat yang membuat penciuman dan percernaan terganggu salah satunya akibat limbah karbon dioksida yangberasal dari pelbagai sisa makanan yang dibuang begitu saja.

Dari Mulai nasi sisa, beberapa jenis sayur dan lauk kemarin yang masih bisa dikonsumsi di hari berikutnya kerap saya olah menjadi menu yang tak kalah nikmat. Misalnya saja nasi, selain bisa diolah  menjadi nasi goreng, saya kerap mengolah nasi sisa menjadi Rice omelet. Caranya membuatnya sangat mudah dan rasanya tak kalah nikmat. Cukup dengan menambahkan nasi sisa yang tak seberapa dengan beberapa butir telur dan bumbu lainnya, maka omelet perpaduan nasi siap terhidang untuk keluarga.Begitu pula dengan beberapa jenis sayuran lauk. Bagi sebagian besar orang Jawa Timur, istilah Blendrang tentun sudah tidak asing lagi. Yakni, Sayur kemarin yang dihangatkan. Rasanya tetap nikmat ketika disantap selagi hangat. Selain berhemat, ternyata langkah kecil ini pun dapat mengurangi limbah rumah tangga yang menambah dampak negatif karbon

Setrika Baju Yang Penting-penting saja

tanpa setrik dok pri
tanpa setrik dok pri

Dua tahun belakangan saya tak sekedar memilah sampah plastik tapi juga memiliha cucian baju.Beralih ke detergen cair yang diyakini lebih  ramah lingkungan menjadi satu keharusan.Ibu rumah tangga mana yang paling malas nyetrika baju? salah satunya mungkin saya.Akibatnya saya memilha cucian baju, mana baju harian yang digunakan dirumah saja,dan mana baju kerja atau baju yang dikenakan untuk acara-acara resmi yang tetap disetrika.

Hasilnya luar biasa. Hanya sekitar 30 % saja baju yang masih disterika, sementara 70 % baju selama pandemi alias di rumah saja saya cuci tanpa harus disetrika. Lantas, apa kaitannya setrika baju dengan Net-ero emisiion?, jelas ada mengingat sumber tenaga listrik di negara kita sebagian besar masih menggunakan bahan bakar dari energi dalam bumi seperti batu bara dsb. Pengurangan penggunakan listrik dalam rumah tangga jelas akan berpengaruh. Setrika salah satu yang cukup menguras kwh listrik. Alhasil dalam satu bulan saya hanya cukup membayar Rp. 200.000 saja melalui isi token pra bayar akibat jarang menyetrika baju.

Sungguh, saya bersyukur ternyata aktifitas sederhana selama ini memiliki korelasi positif dalam mendukung Net-Zero Emission demi masa depan lingkungan yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun