Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Perangkai Kata, Penikmat Citarasa Kuliner dan Pejalan Semesta. Pecinta Budaya melalui bincang hangat, senyum sapa ramah dan jabat erat antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Debat Keempat Akhiri Dikotomi Capres Sipil Versus Militer

2 April 2019   00:03 Diperbarui: 3 April 2019   01:08 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah Bukan rahasia umum, dalam perjalanan proses peralihan tampuk kepemimpinan nasional sempat terjadi dikotomi sipil militer. Sengaja atau tidak, suka maupun tidak suka, latar belakang calon pemimpin nasional dalam hal ini Presiden kerap kali dikaitkan dengan dua sistem sosial yang jelas berbeda. 

Beruntung, negara kita memegang teguh nilai kebhinekaan. lambat laun dikotomi sipil-militer tidak cukup relevan terlebih signifikan dalam menentukan siapa yang paling berhak memperoleh tongkat  estafet kepemimpinan.

Sesuai dengan salah satu tema debat calon Presiden keempat akhir pekan lalu, Ideologi menjadi unsur vital yang harus diterapkan dalam berbagai sektor kehidupan. Dalam kaitannya denganPemerintahan, Keamanan, dan hubungan Internasional, dikotomi tersebut kian absurd adanya. 

Posisi Presiden dengan dengan sendirinya akan menjadi Panglima tertinggi militer suatu negara meski ia berasal dari kalanga sipil. Begitupun, seorang Presiden dari kalangan militer  harus mampu  mengayomi warga sipil sebagai bagian dari pengejawantahan kepemimpinan yang ideologis.

Banyak hal menarik dalam debat keempat capres. Kedua kandidat presiden baik capres 01 maupun 02 merupakan representasi dari sipil- militer. Jokowi jelas 100 % sipil. Dalam beberapa kinerja lapangannya , Jokowi mampu menunjukkan dedikasi layaknya militer yang sedang manunggal dengan rakyat. Bisa dilihat saat Jokowi blusukan ke desa-desa menyapa warga. Jokowi tak segan-segan untuk turun langsung tanpa melihat gap sosial , budaya terlebih status jabatan yang diembannya.

Berbeda halnya dengan Prabowo. Latar belakangnya  tidak utuh mengantarnya hingga ke tampuk pimpinan puncak dalam karier militer. Sebuah noktah merah menjadi tanda Prabowo diberhentikan dari lingkar militer. 

Prabowo kini tidak bisa pula disebut sebagai representasi dari kalangan militer. Meski demikian, dalam kesehariannya Prabowo masih kerap terlihat menyerupai pribadi yang militeristik. Prabowo melontarkan sebuah kalimat yang membuat semua penonton terperangah. Bahwa dia merasa lebih TNI dari banyak TNI.

Prabowo seperti sedang meratapi nasibnya yang kini tak lagi berada di lingkar militer. Semangat militerismenya nyaris tak terbendung dan meluap dalam kalimat "saya lebih TNI dari banyak TNI". Mantan menantu Soeharto ini seakan lupa bahwa banyak prajurit TNI yang gugur di medan tugas, dan tak sepatah katapun terucap bahwa pengabdian merekalah yang memiliki posisi lebih di jajaran TNI. 

Meski capres 02 mengaku menguasai teknologi perang hingga jarak peluru kendali, dalam debat keempat Prabowo nyata-nyata lepas kendali. Tak segan ia ingin begitu "menguliti" sistem militer yang pernah membesarkannya. 

Meski semua juga tahu, besarnya Prabowo dalam militer kala itu tak lepas dari posisinya kekuasaan mertuanya. Apa yang dilontarkan Prabowo dalam debat keempat terkait kondisi pertahanan keamanan memberi gambaran betapa apatis terhadap keluarga besar TNI itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun